LABORATORIUM AGRONOMI FAPERTA UNTIDAR BUDIDAYAKAN ANGGREK HIBRIDA DENGAN METODE KULTUR JARINGAN
Fakultas Pertanian UNTIDAR menginisiasi pembudidayaan dan pengembangkan anggrek hibrida secara kultur jaringan. Diharapkan nantinya Anggrek Hibrida (anggrek hybrid) ini menjadi produk unggulan ciri khas dari Fakultas Pertanian (Faperta). Selain itu anggrek hibrida diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa, sehingga dapat dikembangkan sebagai kegiatan wirausaha setelah lulus kuliah”, jelas Dr. Tri Suwarni Wahyudiningsih, Kepala Laboratorium Jurusan Agronomi Faperta yang menjadi PIC pilot project anggrek hibrida ini. “Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kepala laboratorium dan teknisi laboratorium dengan dukungan penuh dari Pimpinan Fakultas. Nantinya mahasiswa akan dilibatkan ketika kegiatan belajar mengajar dan praktikum sudah bisa dilakukan secara tatap muka”, tambahnya.
Dr. Tri Suwarni Wahyudiningsih menjelaskan bahwa anggrek hibrida merupakan tanaman anggrek yang tumbuh dan berkembang dengan adanya campur tangan manusia, baik disilangkan antar kultivar, populasi atau antar galur dalam satu spesies, dengan tujuan untuk mencari bibit unggul yang mampu memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap suhu suatu lingkungan. Agar budidaya anggrek hibrida membuahkan hasil seperti yang diharapkan dibutuhkan konsistensi dalam perawatannya.
“Dalam membudidayakan anggrek hibrida, Faperta memilih metode kultur jaringan. Proses pelaksanaan kultur jaringan berlangsung di dalam ruangan dengan berbagai alat dan bahan tertentu (laboratorium), membutuhkan modal awal yang besar dan harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang ini. Kultur Jaringan sering disebut juga perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu budidaya tanaman yang dilakukan dengan media khusus dan alat-alat yang serba steril. Sistem perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat fisiologi dan morfologi. yang sama dengan sifat induknya. Sehingga sistem budidaya jaringan ini lebih hemat tenaga, waktu, tempat dan biaya. Dibidang pengendalian penyakit tanaman, kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman yang bebas patogen yaitu melalui kultur meristem. Dibidang konservasi, dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman yang hampir punah, atau untuk penyimpanan plasma nutfah.” terangnya.
Hony Kharisma Sejati, S.P., teknisi laboratorium Faperta yang juga turut serta dalam project ini menyampaikan dengan metode kultur jaringan pengecambahan bibit anggrek lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional. “Ini merupakan metode dengan pemeliharaan minimal, dan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies yang tidak kompetibel”, jelasnya.
“Laboratorium Faperta sudah mengembangkan anggrek hibrida sejak 1 tahun yang lalu. Kami memiliki target Fakultas Pertanian dapat memproduksi anggrek hibrida skala besar”, jelas Dr. Tri Suwarni menutup wawancara.
Penulis : Tri Endah Retno Kusumaningrum (Humas UNTIDAR)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!