Telur Asin Bebas Alergi Karya Inovasi Mahasiswa UNTIDAR Raih Silver Medal di Ajang AKIA Global Invention Leaders Award 2021
![](https://untidar.ac.id/wp-content/uploads/2021/11/WhatsApp-Image-2021-11-02-at-9.07.14-AM.jpeg)
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak di masa pertumbuhan karena mengandung protein dalam jumlah yang cukup tinggi. Telur juga sangat baik dikonsumsi oleh ibu hamil, ibu menyusui dan orang yang sedang sakit. Meskipun telur bermanfaat bagi kesehatan, namun tidak semua orang bisa mengonsumsi telur. Umumnya gejala alergi telur timbul beberapa menit hingga beberapa jam sejak konsumsi telur ataupun makanan yang mengandung telur. Gejala alergi telur dapat mengenai sistem pernapasan, pencernaan, hingga sistemik seperti ruam kemerahan pada kulit, biduran, sesak napas, mengi, muntah, dan diare. Alergi telur disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang salah mengidentifikasi protein telur sebagai zat yang membahayakan tubuh. Akibatnya, tubuh memberikan reaksi berupa pelepasan histamin ke dalam darah dan menimbulkan gejala alergi. Berangkat dari persoalan ini, Silvi Fatika Wulandari (prodi S1 Agroteknologi), Ana Fajri Kurniasih (prodi S1 Agroteknologi), Fiki Abdurrohim (prodi S1 Agroteknologi), dan Syahrani Wangi Puspita (prodi S1 Akuntansi) tergerak untuk menciptakan inovasi yang bisa membantu para penderita alergi agar bisa mengonsumsi telur dengan aman. Silvi dan tim merasa tertantang untuk membuat salah satu olahan telur yaitu telur asin, menjadi bebas alergi agar semua orang bisa menikmatinya.
Tercetus ide untuk memanfaatkan daun bambu yang memiliki aktivitas farmakologis yaitu motorik spontan, antibakteri, antioksidan, dan antitumor. “Daun bambu dapat digunakan sebagai campuran bubuk batu bata dalam pembuatan telur asin. Kandungan senyawa antioksidan dan antibakteri dalam daun bambu efektif digunakan sebagai antihistamin pada olahan telur asin sehingga tidak memicu terjadinya alergi setelah memakannya,” jelas Silvi. “Pembuatan telur asin biasanya menggunakan batu bata yang ditumbuk hingga menjadi halus untuk meresapkan garam ke dalam telur itik (bebek). Pada inovasi telur asin bebas alergi, tumbukan batu bata ditambah dengan potongan daun bambu. Selain itu telur itik (bebek) yang sudah dibersihkan, dibungkus terlebih dahulu dengan daun bambu sebelum dibenamkan ke dalam adonan batu bata dan daun bambu. Setelah 14 hari, telur asin tersebut diangkat dan dibersihkan sebelum direbus atau dikukus dengan api kecil selama 1 jam,” urainya. Silvi dan tim melakukan uji efficacy dengan mengamati efek yang ditimbulkan setelah mengonsumsi telur asin daun bambu bila dibanding efek setelah mengonsumsi telur asin biasa. Responden menuturkan bahwa biasanya setelah mengonsumsi produk berbahan telur, mereka merasakan badan gatal-gatal, muncul bentol-bentol di lidah dan ruam merah di sekujur tubuh. Namun setelah mengonsumsi telur asin daun bambu efek tersebut sudah tidak terlihat. Bahkan telur asinnya berkurang keamisannya. Dengan demikian senyawa antioksidan dalam daun bambu dapat menjadi antihistamin sehingga efektif untuk mencegah terjadinya alergi setelah mengonsumsi telur asin. Temuan ini tentunya sangat bermanfaat, karena masyarakat tidak lagi mengkhawatirkan munculnya alergi setelah mengonsumsi olahan telur yang sarat gizi.
Telur Asin Bebas Alergi adalah karya inovasi mahasiswa UNTIDAR yang berhasil meraih Silver Medal dalam kompetisi Agile (AKIA Global Invention Leaders Award) 2021 yang diselenggarakan oleh Yayasan Aku Indonesia. Semoga prestasi ini menjadi pemacu semangat mahasiswa UNTIDAR yang lain untuk terus berkarya dan berinovasi menghasilkan temuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penulis : Tri Endah Retno Kusumaningrum