SHARING ECOTOURISM, 21 MAHASISWA ASING KUNJUNGI UNTIDAR
Kegiatan Tropical Course Ecotourism and Suistanaible Development in Coast Region 2019 yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro pada tahun ini bekerjasama dengan Universitas Tidar menyelenggarakan kegiatan sharing mengenai ecotourism serta pengenalan budaya lokal di Magelang.
“Selamat datang UNTIDAR, selamat datang di Magelang. Kami mengucapkan terima kasih kepada perwakilan UNDIP yang telah mengajak UNTIDAR untuk terlibat dalam program Tropical Course tahun 2019 ini, semoga kedepannya dapat berlanjut dan berkembang menjadi program tahunan yang bermanfaat bagi kedua belah pihak,” tutur Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Ir. Noor Farid, M.Si, Kamis (29/08).
Peserta Tropical Course 2019 total 21 mahasiswa dari 6 universitas asing. Peserta terdiri dari 6 mahasiswa dari Kagawa University Jepang; 1 mahasiswa dari University Sains Malaysia; 4 mahasiswa dari International Islamic University Malaysia; 1 mahasiswa dari
Kasetsart University Thailand; 2 mahasiswa dari King Mongkut’s University of Technology Thonburi; dan 7 mahasiswa dari Asia University Taiwan.
Asst. Prof. Dr. Mohammad Aizat Jamaludin dari International Islamic University Malaysia (IIUM) memaparkan makalahnya tentang potensi pengembangan halal ecotourism di wilayah Karimun Jawa. “Potensi alam di Karimun Jawa memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan menjadi ecotourism berbasis ekonomi halal. Masyarakat dapat dilatih berdasarkan potensi wisata alam yang ada disekitarnya. Pengembangan konsep ini dapat menarik wisatawan lokal mau internasional khususnya dari Negara-negara muslim,” tuturnya.
Rombongan mahasiswa asing dan beberapa mahasiswa pendamping baik dari UNDIP maupun UNTIDAR setelah melakukan sharing perihal ecotourism melanjutkan kegiatan pengenalan budaya lokal Magelang dengan berkunjung ke Balkondes Candirejo, Borobudur. Mereka disuguhi makan siang ala wong ndeso dengan menu sayur lodeh, sambal goreng ati, ayam goreng, tahu tempe bacem, ikan asin, dan kerupuk gendar. Cemilan pun masih bertema pedesaan yaitu bakpia, dadar gulung dan martabak.
Mereka juga diajak untuk bermain gamelan, menari kuda lumping, praktek membuat pothil (makanan kecil dari ketela khas Magelang) dan tempe. Tidak lupa untuk penutupnya mereka diajak berkeliling sekitar wilayah Borobudur dengan Delman.
“Saya suka getuk, tidak menyangka itu terbuat dari ketela. Rasanya enak teksturnya lembut dan sudah diberi perasa seperti cokelat, strawberi dan vanilla. Tampilannya juga cantik warna-warni. Pembuatan tempe juga menarik. Tempe di Magelang dibungkus dengan teknik tersendiri dengan daun pisang, saya sempat mencobanya tadi,” kata Satinee Pitsawong, mahasiswi dari King Mongkut’s University of Technology Thailand. (DN/HDN)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!