Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNTIDAR Kembangkan Ekowisata di Sekitar Candi Selogriyo

Candi Selogriyo terletak di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Candi ini memiliki keunikan, yaitu terletak di kaki Bukit Giyanti dan Bukit Condong, dengan pemandangan yang sangat indah. View paling ikonik adalah adanya terasering seperti di Ubud Bali. Hal ini menjadi kelebihan dari Candi Selogriyo.

Sudah banyak terobosan dilakukan di sekitar kawasan Candi Selogriyo untuk mengembangkan wisata candi ini. Namun dalam pelaksanaan secara keseluruhan belum berjalan sempurna. Di kawasan luar candi yaitu di sekitaran jalan menuju candi masih banyak hal yang perlu diperbaiki, seperti banyak ditemukan kayu dan sampah organik yang berserakan. Hal ini tentu akan mengurangi keindahan candi. Permasalahan lain adalah sarana dan prasarana ke candi yang kurang memadai dan akses menuju candi yang belum terkondisi.

Banyaknya masalah yang belum teratasi dikarenakan faktor pendanaan dan masyarakat yang belum sadar serta belum mampu mengelola potensi desa dengan baik. Padahal di desa Campurejo terdapat beberapa usaha yang bisa dikembangkan yaitu keset dari kain perca, kopi khas Dusun Campurejo, dan kerajinan anyaman besek. Berdasarkan latar belakang inilah Dian Pangestuti bersama dengan tim yang kesemuanya adalah mahasiswa program studi Pendidikan Biologi yaitu Yuni Anisa Widiyanti, Tri Wahyuningsih, Meyta Adi Triyani, Yuda Fahrurozi, Aulia Salsabilla, Dewi Febriyana, Akhmat Sofiyan, Erik Setiawan dan Ivana Riqoh Aprilia berinisiatif untuk mengembangkan sebuah konsep wisata yang mampu meningkatkan jumlah pengunjung Candi Selogriyo sekaligus memberikan alternatif peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Jika melihat dari potensi-potensi yang ada di Desa Kembangkuning maka pengembangan ekowisata sangat cocok untuk dilakukan. “Sasaran program adalah mereka yang  tidak memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran, namun dapat berkontribusi dan berkomitmen dalam kegiatan pemberdayaan dari awal hingga akhir program. Diperlukan juga tokoh masyarakat yang bertugas menjadi pengurus, misalnya pemuda karang taruna atau aparat desa untuk  membantu kelancaran pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat ini. Masyarakat disini harus berperan aktif karena hal ini akan membantu pengembangan baik untuk masyarakatnya dan juga untuk desanya, terutama untuk wisata Candi Selogriyo yang bisa semakin dikenal”, jelas Dian.

“Tahap awal adalah perencanaan program, meliputi persiapan alat dan bahan, pembentukan pengurus/kelompok, proses perizinan, dan sosialisasi program kepada masyarakat. Keberlanjutan program akan terlaksana dengan adanya pembentukan satgas atau karang taruna yang sinergis. Setelah persiapan kami mengadakan sosialisasi dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Peserta dalam sosialisasi merupakan masyarakat sasaran yang sudah ditentukan sesuai dengan kriteria dan tokoh-tokoh masyarakat di Dusun Campurejo. Tahap selanjutnya adalah pembinaan dan pelatihan dengan menggunakan metode pendampingan, bekerja sama dengan  pihak terkait. Pelaksanaan program yaitu dengan pengembangan ekowisata yang terdiri atas penambahan rice field tourism, spot selfie, UMKM-Corner dan pementasan kesenian Jathilan. Program ini dilakukan untuk menarik minat pengunjung Candi Selogriyo. Tak lupa kami melakukan kegiatan pemasaran dengan cara promosi melalui sosial media serta menyebarkan brosur di jalan-jalan atau di tempat umum. Dengan promosi ini maka orang-

orang mengetahui bahwa di candi terdapat spot selfie yang indah. Promosi melalui media sosial diharapkan mampu menarik banyak pengunjung terutama kamu millenial. Luaran yang ingin kami capai adalah Candi Selogriyo berkembang menjadi ekowisata, ekonomi warga Dusun Campurejo bisa meningkat dan terjalinnya kemitraan antara desa dan UNTIDAR”, urai Dian.

“Kami senang karena proposal kami lolos seleksi Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa sehingga mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek. Kami jadi bersemangat turut andil dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning Windusari Magelang”, pungkas Dian.

Penulis : Tri Endah Retno Kusumaningrum

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply