TIM ALIHE UNTIDAR GEMBLENG DOSEN TINGKATKAN PEMBELAJARAN AKTIF
MAGELANG – Perkuliahan yang monoton dimana dosen menjadi pusat segala informasi sering kali membuat perkuliahan menjadi kurang efektif. Suasana yang menjenuhkan membuat mahasiswa kehilangan fokus dan tidak dapat menerima materi dengan maksimal.
Berbeda dengan pembelajaran di bangku sekolah, pembelajaran di perguruan tinggi baik dosen maupun mahasiswa dituntut lebih aktif. Menurut teori cone of learning oleh Edgar Dale, sumber belajar itu adalah pengalaman. Setelah dua minggu, pengalaman yang didapat dari apa yang kita baca hanya 10% yang masih dapat diingat namun pengalaman dari yang kita katakan dan kerjakan bisa mencapai 90%. Semakin aktif dosen dan mahasiswa berinteraksi maka semakin banyak materi yang akan terserap.
Perlunya pembekalan kepada para dosen mengenai pembelajaran aktif di perguruan tinggi, panitia Dies Natalis ke-2 Universitas Tidar menggelar Workshop Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Senin-Selasa (25-26/04/2016) di auditorium. Pemateri berasal dari Tim Active Learning for Higher Education (ALIHE) unit UNTIDAR yang memberikan berbagai materi terkait pembejaran aktif sampai pada praktek langsung oleh peserta pada penutupan acara.
Salah satu fasilitator ALIHE UNTIDAR yang juga Ketua Umum ALFA (Active Learning Fasilitator Association), Prof. Dr. Sukarno, M.Si. memberikan materi mengenai pembejaran aktif di perguruan tinggi dengan salah satu topik bahasan mengenai icebreaker.
“Icebreaker dapat disisipkan disela-sela penyampaian materi sehingga perkuliahan tidak membosankan,” tutur Prof. Dr. Sukarno, M.Si. Menurutnya, Icebreaker tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan semangat belajar namun juga mempunyai nilai edukatif dengan pemilihan konten yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Selain para dosen UNTIDAR khususnya yang belum pernah mengikuti Workshop ALIHE juga mengundang dosen dari STIMIK Bina Patria, Akademi Teknik Tirta Wiyata (Akatirta) dan Poltekkes Magelang.
Imam Baihaqi salah satu peserta workshop, dosen FKIP UNTIDAR, menyatakan bahwa metode pembelajaran aktif terbukti membuat perkuliahan menjadi lebih “hidup”. Peserta yang mendemonstrasikan teknik pembelajaran aktif pada mata kuliah drama, bab ekspresi di akhir workshop ini mendapat tanggapan positif dari para peserta. “Saya mencoba menjelaskan ekspresi marah, sedih, dan tertawa dengan tayangan video serta mengajak peserta mempraktekannya langsung,” jelasnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!