SEMINAR INTERNASIONAL FKIP : UPGRADE ISU PENGAJARAN BAHASA INGGRIS
Perkembangan isu pengajaran bahasa selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi dunia. Maka itu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tidar menyelenggarakan International Seminar and Workshop Series with Shantou University (STU) Faculty Member dengan tema “Current Trends and Isuues in English Language Teaching (ELT)”, Rabu (14/02).
“Pengajaran Bahasa Inggris mengalami perubahan luar biasa dan cepat. Penguasaan prinsip-prinsip dasar tentunya harus dilengkapi dengan update info terkini di lingkup dunia. Maka itu hari ini kami menghadirkan 3 narasumber internasional agar peserta seminar mendapat masukan langsung dan sharing bersama,” tutur Dekan FKIP, Prof. Dr. Sukarno, M.Si.
Seminar ini bertujuan memberikan metode pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa, mahasiswa, guru serta dosen yang dikembangkan dengan isu-isu terkini. Seminar ini diikuti 300 peserta dengan latar belakang mahasiswa, guru dan dosen yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan Bahasa Inggris. “Dengan bantuan Asosiasi prodi Pendidikan Bahasa Inggris se-Indonesia, peserta seminar kali ini tidak hanya berasal dari sekitar Magelang bahkan ada beberapa dosen dan praktisi bahasa dari Surabaya, Solo dan Yogyakarta yang menyempatkan hadir,” tambahnya.
Narasumber seminar kali ini datang dari 3 negara yaitu Cristine David (Shantou University), Ricardo Riberio (Sao Paulo, Brazil) dan Nick Lischynsky (Albany University, United State). Ketiganya merupakan dosen dan praktisi bahasa inggris di Shantou University, Guandong, China.
Salah satu narasumber, Mas Riki mendapatkan sebuah buku karya Prof.Sukarno, Dekan FKIP yang berjudul Cross Culture Understanding, A Literact Based approach. Buku ini memiliki prinsip-prinsip bahasan yang sama dengan materi yang disampaikan yaitu Intercultural Communication.
“Penguasaan budaya lokal merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam menjalin sebuah komunikasi efektif antara 2 orang atau lebih yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Maka itu, bahasa, komunikasi dan budaya tidak bisa dipisahkan,” jelas Ricardo Riberio atau yang dipanggil dengan julukan Mas Riki.
Pada kesempatan ini, Mas Riki mencoba memaparkan beberapa kebiasaan ‘budaya’ orang barat yang mungkin tidak biasa dilakukan oleh orang timur atau Indonesia. Kebiasaan yang berbeda ini menimbulkan kecanggungan yang akhirnya menjadi kendala komunikasi antar mereka.
“Kadang kita perlu memahami budayanya terlebih dahulu agar nantinya mampu menjalin komunikasi yang lebih baik dan mendapatkan informasi yang kita perlukan,” ujarnya. (DN)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!