Prof. Rokhmin Dahuri : Indonesia Bisa Menjadi Penghasil Dan Pengekspor Pangan Utama Dunia Secara Berkelanjutan
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS optimis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Bumi yang memiliki tanah subur memiliki tinggi potensi untuk menghasilkan komoditas pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Nasional bahkan bisa diekspor ke negara lain secara berkelanjutan.
“Untuk mewujudkannya perlunya menyusun strategi dan aturan-aturan khusus perihal pangan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa,” tutur Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia pada International Conference on Agricultural, Nutraceutical and Food Science (ICANFS) 2022, Rabu (09/11).
Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong Tahun 2001-2004 ini memaparkan beberapa permasalahan dan tantangan bidang pangan Indonesia.
“Kesejahteraan petani, nelayan dan produsen komoditas pangan di Indonesia masih kurang atau tergolong miskin,” tambahnya.
Sebagian besar unit usaha di bidang pertanian, perikanan budidaya, perikanan tangkap, peternakan, dan sektor penghasil pangan lainnya adalah skala kecil dan tradisional yang tidak menerapkan: (1) skala ekonomi, (2) Sistem Manajemen Rantai Pasokan Terpadu), ( 3) teknologi mutakhir (misalnya Industri 4.0), dan (4) prinsip pembangunan berkelanjutan Akibatnya: produktivitas rendah, kurang efisien, kurang kompetitif, dan kurang berkelanjutan.
Kenyataan saat ini bermunculan “Mafia Impor Pangan (Konspirasi)” yang telah kecanduan dengan keuntungan tinggi melalui impor pangan, terlepas dari produksi nasional lebih tinggi dari kebutuhan nasional.
“Dan tentunya kebijakan ekonomi-politik seperti moneter, fiskal, ekspor – impor, dan iklim investasi yang tidak kondusif turut menyumbang permasalahan bidang pangan saat ini,” tutupnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Universitas Tidar, Prof. Dr. Suyitno, S.T., M.Sc., IPM memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Fakultas Pertanian atas terselenggaranya ICANFS 2022 ini.
“Ada dua manfaat yang ingin saya sampaikan dari penyelenggaraan ICANFS ini, yang pertama peserta seminar ini dapat belajar dan meningkatkan kemampuan bahasanya terutama Bahasa Inggris dan yang kedua, seminar ini diharapkan dapat menjadi salah satu pemecah masalah di bidang pangan dan kesehatan Indonesia saat ini,” tuturnya.
ICANFS 2022 merupakan seminar internasional pertama dari Fakultas Pertanian, UNTIDAR yang membahas tentang nutrisi dan pengolahan pangan. Seminar ini dilaksanakan dalam 2 hari yaitu 9-10 November 2022 secara hybrid yaitu luring di Gedung dr. H Suparsono, UNTIDAR dan daring melalui Zoom Meeting dan Youtube Channel Universitas Tidar.
ICANFS melibatkan 6 narasumber dari dalam dan luar negeri yaitu Prof. Stephen E. Gerau, Ph.D. dari SUNY, Buffalo State, United State of America; Prof. Iin Handayani, Ph.D dari Murray State University, United State of America; Puji Lestari, M.Si., Ph.D, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Prof. Herry Utomo, Ph.D dari Lousiana State University, United State of America; Prof. Dr. Anang M. Legowo, M.Sc. dari Asosiasi Pakar Teknologi Pangan Indonesia dan Arif Reza, Ph.D dari University of Idaho, Twin Fall Research and Education Center, United State of America.
Rangkuman Materi Seminar ICANFS (Hari 1)
International Conference on Agricultural, Nutraceutical, and Food Science (ICANFS) pada hari ini tanggal 9 November 2022 di Gedung dr. H.R. Suparsono Universitas Tidar diawali dengan dengan registrasi dan pembukaan kemudian dilanjutkan dengan menyayikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu, dilanjutkan dengan sambutan oleh Prof. Dr. Suyitno, S.T., M.Sc., IPM dan Ir. Usman Siswanto, M.Sc., Ph.D. Selanjutnya diisi dengan penampilan dari Untidar Dance Team. Keynote Speaker disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Rokhimin Dakuri, M.S selaku President of Indonesia Aquaculture Society. Plenary Speaker I disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Anang M. Legowo, M.Sc., Plenary Speaker II disampaikan oleh Puji Lestari, S.P., M.Si., Ph.D, dan Plenary Speaker III disampaikan oleh Arif Reza, Ph.D.
- Prof. DR. IR. ROKHIMIN DAKURI, M.S (PRESIDENT OF INDONESIA AQUCULTURE SOCIETY)
“MAKING INDONESIA AS A WORLD’S MAJOR FOOD PRODUCER AND EXPORTER ON A SUSTAINABLE BASIS”
Pangan pada hakekatnya adalah yang paling penting di antara lima kebutuhan dasar manusia (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan). Sederhananya, karena asupan makanan bagi manusia menentukan kesehatan, kecerdasan, dan kualitasnya, Meskipun secara global total produksi komoditas pangan primer (misalnya gandum, beras, jagung, kedelai, ubi kayu, daging, dan ikan) sejauh ini lebih besar dari total kebutuhan dunia; tetapi banyak negara berkembang (miskin dan menengah ke bawah) menghadapi kekurangan pangan, yang pada gilirannya membuat warganya mengalami masalah terkait kelaparan, kekurangan gizi, kesehatan dan kecerdasan.
Selanjutnya, Perubahan Iklim Global; polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati; pandemi covid-19; Perang Rusia vs Ukraina; dan meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama antara AS vs China, telah membawa tidak hanya krisis kesehatan dan keuangan (ekonomi) global, tetapi juga krisis pangan dan energi global akibat penurunan produksi pangan, terutama di Rusia dan Ukraina (sekitar 30% dari produksi sereal dunia; 25% dari produksi minyak dan gas dunia), dan gangguan rantai pasokan global. Sekitar 20 negara (misalnya Rusia, Turki, Iran, India, Argentina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Australia) telah membatasi atau menghentikan ekspor pangan mereka untuk mengamankan ketahanan pangan mereka sendiri.
Sejalan dengan jumlah populasi manusia yang terus meningkat, permintaan global akan komoditas dan produk pangan juga akan berlipat ganda di masa depan. Suatu negara dengan jumlah penduduk lebih dari 100 juta jiwa, sulit atau tidak mungkin menjadi negara yang maju dan sejahtera, jika kebutuhan pangannya bergantung pada impor.
Sebagai negara kepulauan terbesar di Bumi dan tanah yang subur, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan komoditas pangan yang cukup tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya, tetapi juga memberi makan dunia secara berkelanjutan.
Permasalahan Dan Tantangan Bidang Pangan Di Indonesia :
- Mayoritas petani, nelayan, dan produsen komoditas pangan lainnya masih miskin.
- Sebagian besar unit usaha di bidang pertanian, perikanan budidaya, perikanan tangkap, peternakan, dan sektor penghasil pangan lainnya adalah skala kecil dan tradisional yang tidak menerapkan: (1) skala ekonomi, (2) Sistem Manajemen Rantai Pasokan Terpadu), ( 3) teknologi mutakhir (misalnya Industri 4.0), dan (4) prinsip pembangunan berkelanjutan Akibatnya: produktivitas rendah, kurang efisien, kurang kompetitif, dan kurang berkelanjutan.
- Sebagian besar Perusahaan Besar Pangan (Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara, dan Perusahaan Multinasional) yang menguntungkan, kompetitif, dan berkelanjutan.
- Hasil pangan dinikmati oleh pengolah dan pedagang; bukan oleh petani, nelayan, dan produsen komoditas pangan lainnya (on-farm).
- Minimnya industri pengolahan dan pengemasan, sebagian besar komoditas pangan dijual (dipasarkan) dalam bentuk bahan baku baik untuk pasar domestik maupun pasar global (ekspor) Akibatnya: tidak ada nilai tambah, daya tahan lebih rendah, semakin sulit didapat. diangkut (didistribusikan), dan tidak ada atau kurang multiplier effect.
- Luas lahan pertanian, khususnya di Pulau Jawa, semakin berkurang akibat alih fungsi menjadi perumahan (pemukiman), kawasan industri, pusat kota, infrastruktur, dan penggunaan lahan lainnya Akibatnya: land to man ratio menurun, dan volume produksi tertentu komoditas menurun.
- Petani mikro dan kecil, nelayan, dan produsen komoditas pangan lainnya tidak atau kurang memiliki akses terhadap sarana produksi yang cukup, bermutu, dan relatif lebih murah seperti: benih, pupuk, larva, pakan, serta mesin dan peralatan (ALSINTAN).
- Kekurangan dan kenaikan harga benih, larva, dan pakan berkualitas. Padahal, lebih dari 60% dari total biaya produksi pertanian, budidaya, peternakan, dan bisnis on-farm lainnya adalah untuk benih, larva, dan/atau pakan Akibatnya: biaya produksi lebih tinggi, dan komoditas pangan kita lebih sedikit kompetitif dibandingkan negara penghasil pangan lainnya.
- Tidak adanya jaminan pasar untuk komoditas pangan yang dihasilkan oleh petani skala mikro dan kecil, nelayan, dan produsen komoditas pangan lainnya Akibatnya: harga komoditas pangan sangat fluktuatif, petani dan nelayan mendapatkan harga yang lebih rendah.
- Kurangnya infrastruktur, logistik, dan konektivitas.
- “Mafia Impor Pangan (Konspirasi)” yang telah kecanduan dengan keuntungan tinggi melalui impor pangan, terlepas dari produksi nasional lebih tinggi dari kebutuhan nasional.
- Suku bunga pinjaman Bank sangat tinggi dan persyaratan pinjaman lebih rumit untuk investasi dan bisnis di sektor makanan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
- Kualitas sumber daya manusia (petani, nelayan, dan produsen komoditas pangan lainnya) perlu ditingkatkan.
- Kebijakan ekonomi-politik (misalnya moneter, fiskal, ekspor – impor, dan iklim investasi) tidak kondusif.
2. Prof. Dr. Ir. Anang M. Legowo, M.Sc. (Indonesian Technology Expert Association)
“NUTRACEUTICAL AND FUNCTIONAL FOODS BASED ON LOCAL RESOURCES”
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk kaya akan sumber pangan, namun dalam pengelolaannya belum dilakukan dengan optimal. Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi di seluruh dunia, tingkat pengetahuan dan kepedulian konsumen terhadap jenis makanan yang akan dikonsumsi semakin meningkat. Saat ini,telah terdapat banyak produk makanan yang menunjang Kesehatan manusia berdasarkan fungsi makanan. Produk yang dikembangkan berdasarkan tiga fungsi makanan dikenal sebagai makanan fungsional. Tiga fungsi tersebut adalah fungsi utama, fungsi sekunder, dan fungsi tersier. Produk yang dikembangkan dengan mengacu kefungsi ketiga disebut sebagai “nutraceutical”. Nutraceuticals dapat berupa makanan yang kaya akan nutrisi, atau komponen makanan tertentu yang dapat berfungsi sebagai obat atau untuk kesehatan.Tampilannya bisa berupa makanan, atau terutama bukan makanan seperti pil, tablet, kapsul, bubuk. Tanaman obat asli Indonesia secara tradisional, Obat herbal Indonesia paling banyak digunakan sebagai jamu (suplemen dan obat herbal Indonesia), bahan tanaman yang baru disiapkan, biasanya dalam bentuk ekstrak air.
Makanan fungsional adalah makanan dan bahan makanan yang dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan selain fungsi gizi dasar makanan bagi masyarakat. Jenis makanan fungsional berdasarkan sumber makanan yaitu Pangan fungsional nabati (kedelai,umbi-umbian, beras merah, tomat, bawang putih,banyak jenis buah-buahan, teh), pangan fungsional hewani (ikan, daging, dan susu serta hasil olahannya). Berdasarkan metode pemrosesan yaitu pangan fungsional alami tanpa pengolahan (buah dan sayur segar), pangan fungsional yang diproses secara tradisional (tempe,dadih, yogurt yang diperkaya, beras merah, susu, teh), pangan fungsional modern (produk pangan yang ditujukan khusus untuk penderita diabetes, dll). Umbi sebagai Makanan Fungsional, Indonesia memiliki banyak jenis umbi-umbian antara lain singkong, ubi jalar, talas, dan porang. Ubi jalar dan beberapa umbi-umbian kaya serat, karoten, dan antosianin. Nutraceuticals memiliki peran penting dalam mendukung kesehatan pribadi dan masyarakat. Indonesia kaya akan sumber daya lokal untuk nutraceuticals yang perlu dikembangkan saat ini dan di masa yang akan datang.
3. Puji Lestari, S.P.,M.Si.,Ph.D (HEAD OF AGRICULTURAL AND FOOD RESEARCH ORGANIZATION (BRIN), INDONESIA)
Strategi riset pertanian dalam mendukung keamanan pangan berkelanjutan dan peningkatan daya saing dapat dilakukan dengan cara : meninggkatkan kapasitas produksi yang mana didukung dengan pengelolaan sumberdaya lahan berbasis ekosistem untuk mengurangi dampak negative terhadap lingkungan, selanjutnya manajemen dan pengendalian stunting, meningkatkan efisiensi dan daya saing , stabilisasi harga makanan dan yang terakhir meningkatkan nilai tambah dan volume ekspor. Keanekaragaman hayati dengan keamanan pangan mempunyai hubungan karena peran perbaikan tanaman dibuktikan dengan keragaman genetik alami telah diseksploitasi dalam spesies tanaman untuk memenuhi kebutuhan subsisten, mengaktifkan adaptasi terhdap stress lingkungan dibuktikan dengan Keragaman genetik tanaman memungkinkan tanaman dan hewan untuk beradaptasi dengan hama dan penyakit baru, perubahan lingkungan dan iklim, sumber gen untuk citra yang diinginkan yang dibuktikan dengan Gen untuk sifat-sifat yang diinginkan tertanam dalam keanekaragaman hayati, sumber obat yang di buktikan dengan Industri farmasi didasarkan pada sumber daya hayati ini dan pengetahuan lokal yang terkait. Bab selanjutnya yaitu potensi sumber daya genetik lokal dimana setiap daerah mempunyai makanan yang disukai sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Hal tersebut di bantu oleh kontribusi pembiakan tanaman di keanekaragaman makanan. Dan bab yang terkahir meliputi program riset di brin untuk mendukung keamana pangan, program tersebut diantaranya kemasan makanan olahan dilakukan dengan cara pengawetan kemasan steril, komersial dengan teknologi baru, dapat dimakan atau degradable kemasan. Kemudian program yang selanjutnya revitalisasi ketahan pangan sampai penaganan stunting, riset dan inovasi halal dengan cara pergantian produk deteksi halal dan ekspolorasi sumber daya laut untuk pangan.
4. Arif Reza, PhD (UNIVERSITY OF IDAHO, TWIN FALLS RESEARCH AND EDUCATION CENTER, UNITED STATES OF AMERICA)
“ELECTROCHEMICAL TREATMENT OF LIVESTOCK WASTE STREAMS”
Peningkatan permintaan produk peternakan di seluruh dunia. Peningkatan pesat dalam populasi global dikaitkan dengan peningkatan kebutuhan makanan untuk daging dan produk susu. Tingginya konsentrasi polutan dalam aliran limbah ternak. Beberapa biologis, fisik, dan kimia teknologi telah dikembangkan dan diuji untuk menghilangkan polutan dari remediasi air limbah ternak berkekuatan tinggi. Pencernaan anaerobic adalah teknologi pengolahan air limbah biologis ternak yang umum dipraktekkan di seluruh dunia.Pencernaan anaerobik memiliki keuntungan menghasilkan energi hijau berupa biogas,nutrisi tidak dapat dihilangkan secara efektifdan membutuhkan perpanjangan waktu retensi dan ruang besar. Perlakuan elektrokimia dari aliran limbah telah dipraktekkan sejak sebelum abad terakhir.
Teknologi yang digunakan dalam mengolah aliran limbah ternak. Elektrokoagulasi. Generasi in situ koagulan dengan kapasitas penyerapan tinggi terjadi melalui pelarutan bahan anoda logam korban. Koagulan yang dihasilkan kemudian menjebak atau membuat ikatan dengan polutan sebelum dihilangkan baik melalui flotasi atau sedimentasi. Elektrodisinfeksi. Polutan organik dari aliran limbah yang sulit diolah menggunakan metode biologi dan kimia konvensional dapat dengan mudah dihilangkan.Umumnya diklasifikasikan sebagai oksidasi anodik langsung dan oksidasi anodik tidak langsung
Pengolahan elektrokimia aliran limbah ternak adalah pendekatan perbaikan yang menjanjikan untuk memecahkan beberapa masalah lingkungan yang dihadapi oleh industri peternakan. Teknologi perawatan elektrokimia bersifat bersih dan fleksibel. Berbagai polutan dari aliran limbah ternak dapat dihilangkan secara efektif melalui pengolahan elektrokimia.Menunjukkan efisiensi penghilangan polutan yang lebih tinggi dalam waktu singkat. Desain reaktor dan parameter operasional mengatur efektivitas proses pengolahan.
Penulis :
Wulan Fitria Utami, Nisrina Kamilah, Safira Arumsari
Editor :
Humas UNTIDAR
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!