PKM 2018 : ALTABATIS, ALAT TANAM BIJI JAGUNG SEMI OTOMATIS

Program Kreatifitas Mahasiswa Teknologi (PKMT) ALTABATIS, Alat Tanam Biji Jagung Semi Otomatis dengan Metode Mechanics Centrifugal Pressure karya mahasiswa Universitas Tidar mampu membantu petani menghemat tenaga kerja saat masa tanam jagung.

“Jika manual 1 hektar lahan perlu waktu 10 hari dengan 4 pekerja. Sedangkan dengan Altabatis 1 hektar lahar diselesesaikan dalam 5 hari dengan 1 pekerja. Alat ini mampu membantu petani menghemat waktu dan tenaga pada masa tanam jagung,” kata Didi Muno, Ketua PKMT ALTABATIS.

Bersama Agus Musafa, Diky Ilham Ivandianto, Muhamad Aflakhul Adib, dan Ririh Rubus Setyaningrum, Didi menciptakan sebuah alat tepat guna dalam bidang pertanian yang bertujuan mempermudah para petani dalam proses penanaman bibit.

“Keunggulan produk ini adalah praktis, ekonomis, ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar, mudah dalam perawatan dan tentunya terjangkau oleh petani jagung,” ujar Didi pada seminar Program Kreatifitas Mahasiswa serta Kompetisi Monitoring dan Evaluasi (Monev) tingkat universitas di ruang Multimedia UNTIDAR, Minggu (08/07) dihadapan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni serta beberapa dosen pendamping PKM.

“ALTABATIS merupakan terobosan terbaru dari mahasiswa kami yang bisa memberikan solusi terbaik kepada petani jagung yang masih menggunakan metode konvensional, adanya ALTABATIS bisa jadi alternatif terbaik. Hal ini bisa jadi salah satu cara memperkenalkan kampus dan sarana mahasiswa mengabdi pada masyarakat,” kata Xander Salahudin selaku ketua tim Program Kreatifitas Mahasiswa UNTIDAR.

Diky Ilham Ivandianto selaku anggota tim menyampaikan bahwa ALTABATIS dapat melakukan tiga fungsi sekaligus yaitu membuat lubang, memasukan jagung dalam lubang, dan menutup lubang dengan menggunakan abu sekam ataupun tanah. Hal tersebut memanfaatkan penyapu yang ada di bagian belakang ALTABATIS.

“Mekanisme kerja alat ini cukup sederhana, cukup dengan didorong. Alat ini juga memanfaatkan gaya sentrifugal saat roda berputar dan gaya berat untuk menghasilkan daya tekan ke tanah. Ketika alat ini didorong, maka tonjolan atau mulut tanam akan menancap dan menekan tanah sehingga menghasilkan lubang. Bersamaan proses tersebut knock yang ada di samping bodi akan mengungkit tuas gate sehingga gate atau pintu penampung biji akan terbuka, dan diikuti terbukanya pintu gate abu, maka biji akan turun terlebih dahulu diikuti oleh abu yang menutup biji pada lubang,” terang Diky.

“Pembandingan ALTABATIS dengan alat tanam yang sudah ada yaitu jika alat lain yang ada hanya dapat dioperasikan pada tanah yang sudah diolah dengan baik, dan tidak bisa digunakan untuk tanah TOT, tanah liat, tanah berlumpur, dan tanah berair. Sedangkan menggunakan ALTABATIS, alat yang akan dikembangkan dengan 8 mulut tanam ini dapat diaplikasikan ditanah TOT, tanah liat, tanah berlumpur, dan tanah berair apalagi tanah yang sudah diolah,” tambah Didi.

ALTABATIS yang dibuat ramah lingkungan ini dapat digunakan dimana saja, karena desain yang dibuat oleh mahasiswa Untidar ini disesuaikan dengan segala macam tekstur tanah. Selain itu, alat yang dibuat semi otomatis ini dapat digunakan dalam musim kemarau maupun musim hujan jika memungkinkan. Ukurannya yan tidak teralu besar yaitu Tinggi 100 cm,  panjang 132 cm,  lebar 48 cm membuat ALTABATIS mudah dibawa kemana-mana.

“Kami berharap alat ini dapat dipasarkan dengan harga yang ekonomis dan mahasiswa kami memiliki hak paten agar mereka memiliki hak perlindungan produk yang mereka buat. Nantinya kami dan tim dosen akan berusaha untuk membantu mahasiswa mengembangkan alat yang dibuatnya yaitu berupa ALTABATIS karena pada dasarnya alat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Xander.

ALTABATIS telah disosialisasikan pada 1 juli 2018 pada kalangan petani di Blenggorwetan, kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Sosialisasi alat ini mendapatkan sambutan positif dan besar kemungkinan alat ini bisa diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada disana.

“Kami dalam setahun memiliki dua musim tanam, saat musim hujan kami menanam padi sedangkan saat musim kemarau menanam jagung, dengan adanya alat ini kami sangat terbantu dan berharap alat ini terus dikembangkan untuk kemajuan pertanian di daerah kami,” ucap Suradi selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani Dwijaya Manggar Sari Desa Blengorwetan.

Besar harapan bahwa ALTABATIS dapat membantu memberikan solusi terbaik kepada para petani jagung yang ada di Indonesia. Didi Muno dan teman satu timnya mengimplementasikan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi adalah Pengabdian kepada Masyarakat dengan membuat inovasi alat tanam jagung ini. (Ririh Rubus/DN)

2 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply