Peneliti Untidar Berhasil Ciptakan Prototipe Coil untuk Mencegah Pendarahan Otak

Peneliti UNTIDAR, Dr. Suyitno, S.T., M.Sc. berhasil menciptakan Prototipe Coil yang dapat digunakan untuk mencegah pendarahan otak. Otak bersama saraf tulang belakang berperan sebagai pusat kendali tubuh dan menyusun sistem saraf pusat. Saat otak mengalami pendarahan, pasti akan mempengaruhi seluruh tubuh manusia.

Coiling adalah metode yang digunakan untuk menangani kasus aneurisma. Aneurisma otak adalah penonjolan atau pembengkakan pada arteri di otak. Aneurisma yang menonjol menekan saraf atau jaringan otak. Membengkaknya bagian pembuluh darah mengakibatkan resiko pecahnya pembuluh darah ke jaringan di sekitarnya yang disebut pendarahan. Aneurisma yang pecah dapat menyebabkan stroke hemorrhagic, kerusakan otak, sakit kepala yang hebat, koma, dan bahkan kematian.

Prototipe coil yang dibuat dengan bahan Paduan Platinum-Tungsten

Aneurisma otak umumnya terjadi pada orang dewasa antara usia 30 dan 60 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Semua aneurisma cerebral berpotensi pecah dan menyebabkan pendarahan di dalam otak atau area sekitarnya.

Telah dilaporkan bahwa sekitar 2% dari populasi dunia menderita aneurisma intracranial. Tingkat kematian dari kasus-kasus ini adalah sekitar setengahnya. Para pasien yang meninggal sebelum sampai ke rumah sakit adalah sekitar 10-15%.

Metode yang digunakan untuk menangani kasus aneurisma adalah coiling. Coiling merupakan metode kateterisasi melalui pembuluh darah untuk memasukkan coil serat logam yang sangat halus pada gelembung aneurisma. Coil dimasukkan tabung plastik berongga (kateter) ke dalam arteri, dan memasukkannya melalui tubuh ke aneurisma otak dan digulung di dalam aneurisma. Gulungan coil memblokir aneurisma dan mengurangi aliran darah ke aneurisma. Prosedur ini mungkin perlu dilakukan lebih dari sekali selama hidup orang tersebut karena aneurisma yang diobati dengan penggulungan terkadang dapat kambuh.

Coiling ini memerlukan coil yang dimasukkan pada gelembung aneurisma dan instrument untuk memasang coil. Coil merupakan kumparan berukuran 250 mikron dari serat logam berdiameter 50 mikron.

Teknologi coil telah matang untuk negara-negara maju. Negara-negara berkembang adalah pengguna produk. Meningkatnya kasus aneurisma intrakranial di negara berkembang perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan produksi coil di negara berkembang.

Peneliti dari Teknik Mesin Universitas Tidar berkolaborasi dengan peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Jurusan Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Departemen Teknik Mesin, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan dan memproduksi coil di dalam negeri.

Tim peneliti ini berhasil mengidentifikasi proses, bahan dan instrument untuk coil dan pemasangan coil. Bahkan telah dihasilkan prototipe coil dengan material paduan Platinum-Tungsten oleh Dr. Suyitno, S.T., M.Sc (Dosen Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Tidar). “Paduan Platinum-Tungsten merupakan material yang memenuhi persyaratan untuk Coil. Pengembangan material dilakukan di ITS Surabaya, sedangkan pengujian material dikerjakan Departemen Teknik Mesin SV-UGM,” jelas Suyitno.

Ujicoba pemasangan prototipe coil pada model aneurisma

“Prototipe coil yang dihasilkan telah dilakukan uji coba pemasangan pada model aneurisma di RS UNAIR. Prototipe coil berhasil dimasukkan pada model, selain itu prototipe ini menunjukkan sifat mampu dideteksi dengan X-rays. Sifat ini penting agar coil bisa dipantau secara langsung selama pemasangan dengan X-rays,” tambahnya.

Ia menguraikan riset selanjutnya adalah adalah proses perlakuan prototipe coil agar mampu bertindak sebagai material shape memory. Selain itu instrument untuk pemasangan coil juga menjadi agenda pengembangan selanjutnya.

“Keberhasilan mewujudkan prototipe coil ini memacu peneliti untuk bisa menyelesaiakan penelitian sampai ke tahap siap diproduksi. Meskipun masih banyak riset diperlukan, keberhasilan membuat prototipe ini membawa optimisme kepada tim peneliti,” imbuhnya.

Prototipe coil di dalam kateter

Tim peneliti adalah: Dr. Ir. Suyitno, ST., M.Sc., IPM, dari Universitas Tidar, dr. Yudhi Adrianto, Sp.S, FINR, FINS dan dr. Achmad Firdaus Sani, Sp.S dari Universitas Airlangga, Dr. Agung Purniawan ST. M.Eng. dari Institut Teknologi Sepuluh November, dan Dr. Lilik Dwi Setyana, ST., M.Eng. dari Universitas Gadjah Mada.

Universitas Tidar sendiri berkomitmen dalam penelitian dan pengembangan alat-alat kesehatan dan permesinan. Komitmen itu diwujudkan dalam pembentukan kelompok riset (group research) MEDice (Medical and Mechanical Devices Innovation Centre). Kelompok riset ini berguna untuk mewadahi peneliti yang berkomitmen untuk mendukung pengembangan alat kesehatan dan permesinan di Indonesia.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply