MENGUKUR KOMPETENSI BERBAHASA INDONESIA LEWAT UKBI
MAGELANG – Sering kali dalam proses melamar pekerjaan terdapat syarat nilai TOEFL atau Test Of English as a Foreign Language sebagai tolok ukur kemampuan berbahasa Inggris. Namun, tahukah Anda ada TOEFL versi Indonesia bernama UKBI?
Menangkap pentingnya mengukur kemampuan berbahasa Indonesia baik untuk mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Indonesia, dosen serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Universitas Tidar bekerjasama dengan Balai Bahasa Jawa Tengah menyelenggarakan sosialisasi dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), Kamis (07/04/2016). “UKBI merupakan salah satu bentuk memartabatkan Bahasa Indonesia. Bagaimana bisa mereka terkadang lebih membanggakan diri menggunakan bahasa asing daripada bahasanya sendiri,” kata Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S.
Gufran yang merupakan Kepala Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jakarta menuturkan bahwa bangsa Indonesia dibangun berdasarkan prinsip kebahasaan. “Pada sumpah pemuda, seluruh bangsa Indonesia dipersatukan kedalam satu bahasa, Bahasa Indonesia,” jelasnya. Dari 720 bahasa di seluruh Indonesia dipilih satu bahasa persatuan dari wilayah Riau, bahasa melayu. Bahasa Indonesia mampu menjadi alat komunikasi antara berbagai suku. “Bisa dibayangkan jika tidak ada Bahasa Indonesia, bagaimana bisa saya yang berasal dari Tidore bisa berkomunikasi dengan orang Jakarta?,” tambahnya.
Ratusan mahasiswa dan dosen UNTIDAR khususnya dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA/MA/SMK di Kota/Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung mengikuti tes UKBI di Auditorium. “Peserta tinggal datang untuk ujian saja, seluruh peralatan sudah disediakan pihak Balai Bahasa Jawa Tengah,” tutur Kahar Dwi Prihantoro.
UKBI merupakan tes kemahiran (profiency test), bukan tes pencapaian (achievement test). Tes kemahiran berbahasa mengacu pada kriteria penggunaan bahasa (situasi penggunaan bahasa sesungguhnya) yang dihadapi peserta uji. Penggunaan tersebut meliputi kecakapan hidup umum, yaitu ranah kesintasan dan ranah kemasyarakatan serta ranah kecakapan khusus, yaitu ranah keprofesian dan ranah keilmiahan.
Seperti halnya TOEFL, UKBI juga terdiri dari beberapa sesi dan materi yang berbeda. Materi UKBI meliputi; seksi mendengarkan, merespon kaidah, membaca, menulis dan berbicara. “Hari ini tes hanya dilaksanakan dalam 3 seksi yaitu mendengarkan, merespon kaidah dan membaca. Ketiga seksi ini sudah mencukupi standar. Pelaksanaan UKBI dengan 5 seksi hanya dilaksanakan oleh Balai Bahasa Pusat dari Jakarta dan biasanya untuk keperluan tertentu seperti penutur asing yang mau bekerja di Indonesia atau penerjemah,” jelas Kahar yang juga Koordinator UKBI Balai Bahasa Jawa Tengah.
Hasil UKBI berupa peringkat dan predikat yang ditentukan dari skor tertentu. Pemeringkatan hasil UKBI direpresentasikan kedalam tujuh peringkat; istimewa (725-800), sangat unggul (641-724), unggul (578-640), madya (482-577), semenjana (405-481), marginal (326-404) dan terbatas (251-325). “Sampai saat ini, dari UKBI Balai Bahasa Jawa Tengah baru 2 penutur asing yang bisa mendapatkan predikat istimewa. Mayoritas peserta sampai saat ini mendapatkan hasil madya atau unggul,” tutur Kahar. Test UKBI diselenggarakan oleh Balai Bahasa pada tiap provinsi dari Sabang sampai Merauke. Sistem bahkan soal yang diujikan juga diseragamkan. Jika terjadi kebocoran pada salah satu provinsi maka semua soal akan diperbaharui.
Berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas Nomor 152/U/2003 tanggal 28 Oktober 2003, Menteri Pendidikan Nasional saat itu telah mengukuhkan UKBI sebagai sarana untuk menentukan kemahiran berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Sayangnya informasi ini sepertinya belum meluas ke khalayak luas bahkan sebagian besar peserta tes UKBI di UNTIDAR baru mengetahui adanya tes kemahiran berbahasa Indonesia beberapa hari sebelum acara diselenggarakan. “Harusnya UKBI diwajibkan sebagai syarat kelulusan. Bagaimana kita bisa memartabatkan Bahasa Indonesia jika standar nilai bahasa hanya mengacu pada Bahasa Inggris saja,” tutur Tri Agus Gunawan, S.H., M.H. salah satu dosen MKDU UNTIDAR yang mengikuti tes UKBI.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!