JAMU “HARTA KARUN” BANGSA YANG TERLUPAKAN
MAGELANG – Jamu atau djamoe merupakan singkatan dari djampi dan oesodo. Djampi berarti penyembuhan dengan ramuan obat-obatan atau doa dan ajian sedangkan oesodo berarti kesehatan. Jadi, jamu dapat diartikan ramuan obat untuk kesehatan.
“Masyarakat lupa, dahulu, jamu pernah menjadi satu-satunya obat ketika mereka sakit. Terbukti berkasiat, aman dan yang paling terpenting adalah merupakan warisan nenek moyang kita,” tutur Agung.
Ir. A. Agung Shusena, Direktur Utama Gujati Group yang menaungi perusahaan jamu Gujati 59 membagi pengalamannya berwirausaha dalam kuliah umum, Jumat (26/08) di auditorium Universitas Tidar. Pengusaha jamu dari Solo ini membuktikan bahwa jamu yang lekat dengan kesan “kuno” ini masih menjanjikan di dalam dunia wirausaha.
Pertama, Indonesia menyimpan 30.000 jenis tanaman yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu. Kedua, segi pengalaman, Indonesia memiliki riwayat panjang dalam pembuatan jamu. Tertulis dalam Serat Kawruh dan Serat Centhini di perpustakaan Keraton Surakarta ditemukan 1.734 ramuan obat tradisional beserta kegunaannya. Terlebih banyak tokoh pesohor Indonesia yang terbukti awet muda dan tetap terjaga kesehatannya dengan rutin meminum jamu seperti Moeryati Sudibyo dan Poppy Darsono.
“Munculnya berbagai macam obat kimia yang beresiko tinggi membuat sebagian orang mulai menengok kembali jamu dan obat herbal. Peluang ini bisa dimanfaatkan dalam pengembangan usaha jamu yang dikelola dengan sistem manajemen modern,” tambah alumnus jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini.
Menurutnya, sisi tradisional jamu gendong tetap harus dipertahankan namun tidak menutup kemungkinan pemasaran dan pengolahan jamu secara modern juga perlu ditingkatkan. Seperti halnya produk lainnya, jamu harus bisa mengikuti perkembangan jaman. Masyarakat tidak perlu menunggu Mbok Jamu lagi namun bisa kapan saja meminum jamu dalam bentuk kemasan praktis.
Salah satu peserta kuliah umum, Fransina Auscsilia Kedeikoto, mahasiswa semester 1, Prodi Administrasi Negara asal Nabire, Papua mengaku terinspirasi menjadi seorang pengusaha setelah mengikuti kuliah umum ini. “Saya menyempatkan diri menanyakan beberapa pertanyaan secara langsung kepada Pak Agung. Harapannya ilmu yang saya dapat ini besok bisa terapkan saat saya memulai usaha sendiri,” kata Fransina.
Kuliah umum merupakan agenda rutin yang diselenggarakan UNTIDAR sebelum mahasiswa baru memulai kuliah pertamanya. Mengusung tema “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan bagi Mahasiswa” bertujuan untuk memotivasi serta memunculkan bibit-bibit wirausaha muda dari dalam kampus. Kuliah umum diikuti seluruh mahasiswa tahun akademik 2016/2017 sebanyak 1119 mahasiswa ditambah beberapa tamu undangan dari kalangan dosen serta UKM tingkat universitas. Dalam kesempatan ini, Agung juga membagikan salah satu produknya yaitu jamu kemasan Kunyit Asam yang dibagikan kepada seluruh peserta kuliah umum.(DN)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!