Kunjungi Borobudur, Mahasiswa PMM3 Untidar Perdalam Pengetahuan Budaya Nusantara

Mahasiswa Inbound Pertukaran Mahasiswa Merdeka Tahun 2023 (PMM3) Universitas Tidar mengunjungi Candi Borobudur, Minggu (16/9). Kegiatan ini merupakan bagian dari Modul Nusantara PMM di UNTIDAR.

“Kunjungan ini bertujuan memperluas wawasan mahasiswa, khususnya tentang budaya dan sejarah Indonesia khususnya yang ada di Magelang,” jelas Tholibah Mujtahidah, S.Pi., M.P., Pendamping PMM UNTIDAR.

Selain memperoleh wawasan yang mendalam tentang keragaman budaya Indonesia dan pentingnya menjaga warisan budaya bangsa. Mereka juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pengunjung yang lain, menjalani budaya tradisional, serta mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara budaya.

Sejumlah 31 Mahasiswa PMM yang mengikuti tur tersebut didampingi oleh Dua dosen Modul Nusantara yaitu Ibu Tholibah Mujtahidah, S.Pi., M.P. dan Ibu Ayunda Putri Nilasari, S.Pd., M.Si. Tur ini memungkinkan mahasiswa untuk menggali lebih dalam mengenai makna, sejarah, dan arsitektur megah Candi Borobudur.

Kunjungan ini menjadi salah satu momen berharga dalam perkembangan akademis mahasiswa PMM dan menjadi bagian penting dari program Modul Nusantara.

“Semangat dan semakin tingginya rasa cinta mereka terhadap budaya Nusantara diharapkan akan membantu menciptakan pemimpin masa depan yang berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya bangsa,” tambahnya.

Selain Candi Borobudur, mahasiswa PMM juga berkesempatan mengunjungi berbagai tempat menarik di sekitarnya, seperti Museum Candi Borobudur, Pasar UMKM, dan Bukit Rhema.

Kunjungan ke tiga tempat ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan mendalam ke budaya dan sejarah Indonesia yang kaya. Mahasiswa PMM membawa pulang tidak hanya pengetahuan baru, tetapi juga pengalaman berharga yang akan membentuk pandangan mereka tentang peran penting pelestarian budaya dalam manajemen masa depan.

Foto : Tim PMM UNTIDAR

Uut Ravita Sihombing, mahasiswa PMM dari Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Royal Kisaran, Sumatera Utara mengungkapkan kunjungan ke daerah Borobudur ini menambah pengalamannya tentang budaya Indonesia.

“Kegiatan ini benar-benar memperkaya pemahaman saya tentang warisan budaya Indonesia. Saya merasa terinspirasi oleh keindahan dan sejarah yang terkandung dalam Candi Borobudur, dan ini membuat saya semakin bertekad untuk turut serta dalam menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya kita,” tuturnya.

Secara terpisah, Ikhwan Taufik, S.Pd., M.Eng., Dosen Teknik Mesin sekaligus PIC Program PMM3 UNTIDAR menyampaikan terdapat beberapa kegiatan kunjungan ke lokasi cagar budaya, wisata dan tempat bersejarah lain di wilayah Magelang dan sekitarnya.

“Semoga seluruh mahasiswa Inbound PMM3 Untidar akan bisa lebih memaknai kunjungan demi kunjungan di setiap kegiatan Modul Nusantara yang telah dipersiapkan. Memaknai kunjungan tersebut tentunya bukan sekedar berkunjung dan berwisata budaya saja, akan tetapi lebih dari itu,” jelasnya.

Beliau juga berharap, mahasiswa akan betah dan krasan hidup di Magelang selama 5 bulan kedepan.

Penulis: Uut Ravita Sihombing
Mahasiswa Inbound PMM3 Untidar
dari Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Royal,
Sumatera Utara

Editor : Humas UNTIDAR

UNTIDAR Sambut 31 Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2023

Mendukung Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Universitas Tidar ikut menggelar kegiatan Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) tahun 2023. Sebanyak 31 mahasiswa dari 16 perguruan tinggi negeri dan swasta wilayah Sumatera, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua akan melaksanakan perkuliahan di UNTIDAR selama satu semester.

Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama UNTIDAR Drs. Giri Atmoko, M.Si. menyambut kehadiran para mahasiswa PMM di Gedung dr. H. R. Suparsono UNTIDAR, (26/8).

“Makna Pertukaran Mahasiswa Merdeka selain pembelajaran di universitas adalah terkait persatuan dan kesatuan di atas keberagaman Indonesia. Keberagaman kita sangat besar potensinya, namun kita juga perlu mengatasi perpecahan. Salah satunya dengan nasionalisme kita dan berpegang pada Pancasila,” tuturnya.

PMM adalah salah satu program andalan MBKM yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkuliah di kampus luar pulau selama satu semester. Koordinator pelaksana pertukaran mahasiswa Merdeka Ikhwan Taufik, S.Pd., M.Eng. menyampaikan, antusiasme peserta PMM tahun 2023 ini lebih besar daripada dua tahun sebelumnya.

“Hampir dua kali lipat antusiasme mahasiswa dari berbagai mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk kuliah di Universitas Tidar. Tentunya motivasinya macam-macam. Pertahankan motivasi yang baik-baik. Silakan kembangkan potensi yang ada juga di sini. Saya ucapkan selamat datang buat adik-adik mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia,” tuturnya.

Mahasiswa perwakilan PMM tahun ini, Johannes Parsaoran Nainggolan asal Universitas Jambi turut menyampaikan antusiasmenya usai melaksanakan minggu pertama perkuliahan di UNTIDAR pada semester ini.

“Kami merasakan bagaimana antusias dan hangatnya para sambutan dosen dan teman-teman di kampus ini. Saya mengajak teman-teman semuanya untuk menjadikan wadah program pertukaran mahasiswa ini sebagai tempat kita untuk memperluas wawasan serta menambah ilmu pengetahuan tentang budaya di luar daerah kita masing-masing,” katanya.

Penulis : Isaka

Editor : Humas UNTIDAR

Pengalaman Seru Dewi Noor Kholifah Ikuti Program A Better World Academy 3.0

Dewi Noor Kholifah, mahasiswa program studi Pendidikan Matematika FKIP UNTIDAR berkesempatan mengikuti kegiatan kampus merdeka, yaitu studi independen bersertifikat di PT Uni Tokopo Teknologi atau PT Campaign.com, pada program A Better World Academy 3.0.

PT Uni Tokopo Teknologi (Campaign.com) merupakan suatu platform aksi sosial yang berdiri sejak tahun 2015. Campaign.com dibuat langsung oleh anak bangsa yang peduli terhadap isu sosial terutama di Indonesia. Platform ini bertujuan untuk menghubungkan individu, komunitas/organisasi, sponsor, dan seluruh pihak untuk dapat melakukan atau menciptakan suatu perubahan sosial melalui berbagai kampanye sosial dengan fokus isu tertentu.

Studi Independen Bersertifikat pada program A Better World Academy 3.0 (ABWA 3.0) berlangsung selama 5 bulan, terhitung dari tanggal 16 Februari s.d. 30 Juni 2023. Pembelajaran dilaksanakan secara synchronous, melalui zoom meeting dan aplikasi slack, dimana aplikasi slack tersebut sebagai perantara antara mahasiswa dengan mentor untuk mengirimkan materi maupun hanya untuk mengobrol santai terkait materi yang akan dipelajari maupun yang sudah dipelajari pada hari sebelumnya.

Kegiatan Studi Independen bersertifikat (SIB) ini, dikemas menggunakan metode Project-Based Learning yang artinya students didorong untuk mengaplikasikan langsung materi yang telah diberikan dengan kondisi yang ingin dicapai. Setiap students juga diberikan worksheet, template, tugas, dan sesi lainnya yang mendukung peserta dalam mengidentifikasi masalah riil yang ada di lapangan.

A Better World Academy Cycle 3, terdiri dari 8 mata kuliah yang terbagi menjadi 20 topik pembelajaran dengan bentuk pembelajaran sinkronisasi melalui Zoom Meeting bersama mentor yang berpengalaman di bidangnya.

“Salah satu topik yang menarik menurut saya ialah pembuatan mock-up design. Materi tersebut pertama kali saya dapatkan dan ternyata cukup asyik ketika kita harus mengotak-atik desain melalui aplikasi figma yang di sesuaikan dengan UI/UX law,” kata Dewi.

Selama kegiatan studi independen di ABWA 3.0 siswa yang terlibat sebanyak 92 mahasiswa dari 39 universitas di Indonesia. Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan fokus isu yang dipilih. Ada 4 fokus isu pada program ini, yaitu: kesehatan, kesetaraan, pendidikan, dan lingkungan. “Saya memilih fokus isu pendidikan yang sesuai dengan jurusan saya,” tambah Dewi.

Dewi menceritakan selama program berlangsung ia didampingi oleh satu buddy kelompok dan satu mentor dari Tim ABWA 3. Setiap kelompok beranggotakan 5-6 mahasiswa dengan pilihan fokus isu yang sama. Output dari program ini adalah pembuatan dan peluncuran aksi sosial melalui aplikasi Campaign #ForChange dan membuat Mock-Up design.

“Saya dan kelompok telah meluncurkan kampanye sosial pada aplikasi Campaign #ForChange dengan judul “Kabarkan Satu Berita Baik Bersama Mindframe.id” serta proyek dalam bentuk Mock-Up (wireframe) pada fitur profile aplikasi Campaign #ForChange,” ucap Dewi.

Dewi menyampaikan bahwa kampanye sosial tersebut membahas terkait pentingnya literasi digital terutama pada media sosial. “Saya dan kelompok juga telah mengembangkan akun media sosial instagram sebagai sarana kampanye untuk mengingatkan masyarakat umum terkait pentingnya literasi digital agar berdampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Akun instagram tersebut kami beri nama @Mindframe.id, dimana di dalamnya terdapat konten-konten yang membahas terkait pentingnya literasi digital,” urai Dewi.

“Hal yang paling berkesan menurut saya ialah ketika saya mendaftarkan diri pada program A Better World Academy 3.0, karena memang tidak linear dengan program studi yang sedang saya tempuh, sehingga program MBKM SIB ini tidak dapat dikonversi dengan mata kuliah yang saya tempuh pada semester 6. Sehingga pada semester 6 saya mengikuti 20 SKS dari kampus asal (UNTIDAR) dan 20 SKS dari kampus mitra (PT Uni Tokopo Teknologi). Hal ini yang membuat saya merasa tertantang karena tugas dari kedua kampus memang bertolak belakang. Yang jelas banyak pengalaman, ilmu dan wawasan baru selama mengikuti program MBKM SIB. Terutama terkait kampanye sosial secara mendetail hingga pada tahapan peluncuran dan mencari donasi.” pungkasnya.

Humas UNTIDAR

 

Yogi Indrawan Dukung Pemerintah Wujudkan Net Zero Emission Melalui Program GERILYA

Yogi Indrawan, mahasiswa semester 6 program studi S1 Teknik Elektro Angkatan 2020 Fakultas Teknik Universitas Tidar (UNTIDAR), mengikuti kegiatan MSIB Batch 4, melalui Program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Yogi Indrawan mengikuti GERILYA bersama dengan 2 mahasiswa prodi Teknik Elektro lainnya, yaitu M. Mujib Burrochman dan Dhea Sugiyanti.

Program GERILYA adalah program magang yang menyediakan tempat bagi mahasiswa untuk mendapatkan ilmu, relasi, pengalaman, dan mengetahui tentang dunia kerja pada sektor bidang industri terbarukan. Program GERILYA mendapatkan konversi sebesar 10-20 SKS, dan ditujukan untuk mahasiswa eksakta dari berbagai jurusan, dengan minimal di semester 6.

Program GERILYA yang diikuti oleh Yogi berlangsung selama 5 bulan dimulai dari 16 Februari sampai 30 Juni 2023. Metode pembelajaran terdiri dari : 1 bulan untuk online course, dan 4 bulan melakukan team-based project di perusahaan yang telah bekerja sama. Selama online course mahasiswa akan didampingi oleh pengajar dan mentor yang berpengalaman di bidang PLTS. Selanjutnya mahasiswa menjalani site visit di PPSDM KEBTKE untuk melakukan praktek langsung instalasi pembangkit listrik tenaga surya.

“Tujuan saya mengikuti program ini adalah untuk mendukung upaya pemerintah dalam peningkatan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga EBT (Surya) menuju Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat lagi, percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23% dari bauran energi nasional di tahun 2025, dan program GERILYA yang menargetkan peningkatan pembangkit listrik tenaga surya Atap lebih dari 200 kWp,” jelas Yogi. “Mengingat masih kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang energi terbarukan juga kurangnya literasi energi terbarukan kepada masyarakat, melalui program ini saya ingin mengaplikasikan keilmuan yang telah saya pelajari pada bidang ketenagalistrikan khususnya Pembangkit Listrik Tenaga EBT (Surya),” imbuhnya.

Banyak kompetensi yang didapatkan oleh Yogi dengan mengikuti program GERILYA, seperti pemahaman mengenai kebijakan khususnya tentang energi baru terbarukan serta pemanfaataannya, memahami langkah-langkah mendesain PLTS Atap dan mengukur sensivitas desain PLTS Atap, mengetahui aspek keekonomian seperti: tarif listrik penghematan tagihan, investasi dan BEP PLTS Atap.

“Melalui kegiatan team based-project, saya ditempatkan di PT Jarwinn Feliciti Hotapea berlokasi di Tangerang Selatan, merupakan perusahaan yang berfokus pada sumber energi surya atau PLTS. Yogi turut melakukan praktik pemasangan PLTS secara langsung bersama tim engineering ataupun teknisi. Di lapangan saya belajar bagaimana cara proses instalasi PLTS, komisioning, operasi, gangguan, perawatan, analisis permasalahan yang saya temui di lapangan serta survei ketertarikan pasar PLTS untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat perkembangan PLTS Atap di Indonesia. Project terbesar saya adalah pemasangan sistem PLTS On Grid Skala Industrial dengan kapasitas 80 kWp di Jakarta Utara,” urainya.

Pada MISB Batch 4 Program GERILYA, tercatat sebanyak 2.456 pendaftar hingga terpilih 67 mahasiswa, 3 diantaranya adalah mahasiswa program studi S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTIDAR.

Humas UNTIDAR

Maulana Yusuf Tekankan Keunikan Diri untuk Raih IISMA 2023

Maulana Yusuf, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UNTIDAR 2020 berhasil mendapatkan beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program IISMA merupakan program yang memberikan kesempatan mahasiswa Indonesia untuk kuliah di universitas-universitas terkemuka di seluruh dunia selama satu semester.
Mahasiswa asal Bangka Belitung itu banyak bercerita tentang pengalamannya selama mengikuti seleksi IISMA 2023. Sebelumnya, Yusuf pernah mendaftar IISMA di tahun 2022 saat ia masih semester empat. Namun, ia belum berhasil. Tak patah arang, tahun ini ia mencoba lagi dan berhasil lolos. “Aku tuh pas daftar IISMA udah enggak menaruh high expectation (harapan tinggi) banget. Pasti kayak fifty-fifty gitu. Kalau diterima ya udah, kalau enggak diterima ya udah,” ungkap Yusuf.

Program IISMA mendorong para awardee untuk mengambil mata kuliah di luar jurusan mereka, memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan dan keterampilan multidisiplin yang penting dalam persiapan karier masa depan. Selain itu, IISMA membuka kesempatan mahasiswa Indonesia untuk merasakan pendidikan internasional dan keragaman budaya. Ini penting untuk meningkatkan nilai diri dan networking para awardee. Semuanya diharapkan dapat menciptakan generasi baru masyarakat global yang siap berkontribusi pada masyarakat dan dunia.

Setiap universitas tuan rumah (host university) menawarkan mata kuliah yang sangat beragam. Yusuf memilih mata kuliah pada program studi Hubungan Internasional di University of Warsaw. Mata kuliah ini tentu sangat berbeda dengan mata kuliah Pendidikan Bahasa Inggris yang dipelajarinya di Universitas Tidar.
“Di sana sebenarnya setiap host university menawarkan mata kuliah yang berbeda-beda. Jadi misalkan satu universitas itu bisa menawarkan mata kuliah bahasa Inggris, bisa matematika, dan segala macam. Awardee boleh ngambil sebanyak mungkin, maksimal empat mata kuliah. Nah, kalau di University of Warsaw sendiri mereka kebetulan tuh cuma ada mata kuliah Hubungan Internasional,” jelas Yusuf.

Meskipun terdapat tantangan dalam adaptasi ke mata kuliah yang berbeda, Yusuf telah merencanakan langkah-langkah untuk belajar dan berintegrasi dengan baik. Ketika ditanya tentang motivasinya memilih Polandia, ia merasa ingin tahu dengan salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Ia berharap dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuannya untuk berkontribusi kembali ke Indonesia setelah kembali dari Polandia.

Menjadi salah satu awardee IISMA, banyak pihak tentu penasaran tentang cara Yusuf dalam mempersiapkan seleksi. Salah satu kiatnya adalah aktif mencari informasi secara mandiri. Informasi bisa didapat dari mana saja, tidak hanya website resmi IISMA maupun media sosial IISMA. Banyak komunitas-komunitas di media sosial seperti Telegram maupun WhatsApp yang bisa membantu persiapan seleksi IISMA. Selain itu, Yusuf terus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan ini penting untuk dapat memahami perkuliahan di universitas serta beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru.

“Untuk belajar TOEFL, IELTS, sama Duolingo itu aku saranin 6 bulan sebelumnya itu sudah belajar intens, ya. Karena itu yang paling dilirik paling pertama sama pihak IISMA, sebagus apapun penghargaan yang kamu punya, achievement (pencapaian) yang kamu punya,” kata Yusuf.

Selain itu, Yusuf memperhatikan betul syarat berkas lain yang diperlukan seperti esai dan wawancara. Menurut Yusuf, salah satu hal terpenting adalah memahami keunikan diri sendiri. Akan selalu ada orang yang lebih baik dalam hal pencapaian maupun prestasi dari diri kita sehingga keunikan diri harus lebih ditunjukkan dalam esai dan wawancara.
“Aku di tahap wawancara ini melakukan suatu hal yang unik, meskipun agak cringe sih itu. ‘Kan ada pertanyaan kayak gini, ‘Apa obstacle atau kendala yang kamu hadapi saat belajar?’ Nah, aku bikin diriku seunik mungkin dengan cara nyanyi gitu. Kan aku orangnya pelupa. Aku mengatasi kendala pelupa tersebut dengan aku nyanyi,” ungkapnya.

Cerita unik Yusuf tentang menggunakan kebiasaannya menyanyi sebagai jembatan keledai untuk memudahkan mengingat sesuatu saat belajar ternyata efektif dan memberikan nilai plus dalam proses wawancara. Dengan semangat dan dedikasinya yang luar biasa, Yusuf telah berhasil mendapatkan beasiswa IISMA. Ia menjadi inspirasi bagi para mahasiswa lainnya dengan menunjukkan bahwa ketekunan, motivasi, dan keunikan diri adalah kunci untuk mencapai keunggulan pendidikan global.

Penulis : Isaka

 

Melalui ‘Kampus Mengajar’ Aflah Amrulloh Rasakan Pengalaman Pertama Mengajar di Sekolah Dasar

Kampus Mengajar merupakan salah satu kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memberi sumbangsih langsung dalam bidang pendidikan. Tak hanya mahasiswa dari program studi ‘pendidikan’, mahasiswa dari prodi ‘non pendidikan’ juga bisa mengikuti kegiatan ini. “Saya beruntung mendapatkan kesempatan mengajar di SDN 3 Tanalum Purbalingga. Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama bagi saya dalam mengajar di sekolah, berhadapan dengan peserta didik yang memiliki berbagai karakter, harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan berkolaborasi dengan guru serta tim kampus mengajar,” tutur Aflah Amrulloh, mahasiswa prodi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTIDAR.

Ia mengatakan bahwa sebelum mengajar, para mahasiswa peserta Kampus Mengajar melakukan observasi terlebih dahulu di sekolah, setelah itu baru melakukan blended learning metode pembelajaran yang dilakukan oleh pihak sekolah, perkembangan teknologi dan administrasi sekolah. “Saya mengambil beberapa program kerja diantaranya bimbingan belajar calistung (baca, tulis,hitung) dan administrasi sekolah,” jelas Aflah.

Aflah menjelaskan bahwa hasil observasi lapangan menunjukan masih banyak anak Sekolah Dasar yang duduk di kelas 2-5 SD belum bisa membaca, dan masih banyak anak yang kesulitan dalam mempelajari pembelajaran berkaitan dengan numerasi. Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan bimbingan belajar calistung 30 menit setelah sepulang sekolah di ruang perpustakaan.

“Saya mendapatkan pengalaman mengajar dan peningkatan rasa sabar dalam menghadapi beberapa karakter siswa, karena di lapangan masih ada anak yang kadang tidak bersemangat sekolah dan tidak mau membaca hanya diam saja. Disinilah peran saya sebagai pengajar sangat diuji. Saya harus membujuk anak supaya bersemangat dan mau belajar membaca. Dalam hal ini saya juga harus berinovasi dalam mengembangkan strategi pembelajaran diantaranya dengan membaca dengan buku dongeng, flashcard, menggunakan buku digital berbasis android, dan melalui buku tematik siswa. Melalui ragam strategi tersebut, harapannya siswa tidak mudah bosan dan lebih bersemangat dalam belajar membaca,” urai Aflah.

Aflah juga bercerita bahwa di bidang administrasi ia lebih berfokus ke administrasi perpustakaan. “Kegiatan administrasi perpustakaan ini merupakan langkah saya untuk menghidupkan perpustakaan, karena di lapangan perpustakaan sekolah terbengkalai, dan itu menggugah saya dan rekan-rekan kampus mengajar untuk membenahi perpustakaan dimulai dari mengatur tata ruang perpustakaan, pembuatan pojok baca, pelabelan buku hingga menghias perpustakaan. Dari kegiatan ini saya bisa mengaplikasikan beberapa disiplin ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah, yaitu mengenai pelayanan perpustakaan dan pembuatan struktur organisasi perpustakaan,” kisahnya,

“Kampus Mengajar tak hanya memberikan pengalaman yang luar biasa pada diri saya, tetapi juga memberikan dampak secara langsung bagi sekolah sasaran,” tandas Aflah.

Humas UNTIDAR

Menggapai Impian: Kisah Dita Raih Beasiswa IISMA

Dita Ariyantika Ramadhani, mahasiswi UNTIDAR program studi Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2021 berhasil mendapat beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini memobilisasi mahasiswa untuk belajar di universitas-universitas kelas dunia. Lewat beasiswa ini, Dita berkesempatan belajar di Middle East Technology University (METU), Turki selama satu semester.
Dita awalnya tak menyangka dirinya terpilih menjadi salah satu dari 1.692 mahasiswa awardee IISMA. Pasalnya, pendaftar IISMA tahun 2023 ini tercatat mencapai 12.704 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Apalagi, antusiasme mahasiswa terhadap program ini semakin meningkat setiap tahunnya.

Seperti beasiswa luar negeri lainnya, pendaftar IISMA perlu mengumpulkan tes profisiensi bahasa Inggris, esai pribadi, dan dokumen-dokumen penunjang lainnya. Salah satu komponen penentu keberhasilan Dita adalah esai pribadi. Dalam esainya, Dita menekankan perjuangan dan prestasinya selama kuliah, kontribusi yang dapat ia lakukan untuk negara tuan rumah dan Indonesia, serta keinginannya untuk berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai daerah di METU.

“Aku coba nulis tentang kenapa mereka harus pilih aku untuk IISMA. Apa aja sih yang udah aku lakuin selama kuliah, gitu. Nah, kebetulan ‘kan aku prestasinya terbatas. Maksudnya nggak banyak-banyak banget. Jadi aku lebih ceritain ke perjuanganku, how I join any competition or even win that competition. Ya aku lebih kayak tekanin gimana prosesnya dan mungkin itu sih yang mereka lirik dari esaiku,” kata Dita.

Selain itu, mahasiswi asal Malang ini menulis mengenai hal-hal yang ingin dilakukan di Turki selain berkuliah di METU. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, IISMA mengadakan IISMA Challenge yang merupakan ajang promosi budaya di negara masing-masing. Untuk itu, ingin berkolaborasi budaya dengan teman-teman dari Indonesia maupun teman-teman di-universitas tuan rumahnya nanti.

“Kita berasal dari berbagai daerah dan terus aku mikir, masing-masing dari kita bisa bawa satu atau hal yang khas dari daerah kita, misalnya gitu. Enggak melulu tentang promosi kebudayaan, kita juga bisa have fun. Misalnya nyanyi-nyanyi bareng. Aku kepikiran kayak nyanyi lagu daerah kan kebetulan aku dari Jawa Timur nah sedangkan di Jawa Timur ada dangdut. ‘Kan orang Turki atau orang Amerika kan enggak banyak tahu,” jelasnya.

Pertanyaan Mengejutkan
Setelah dinyatakan lolos dalam tahap awal, Dita menghadapi wawancara via Zoom. Seperti wawancara beasiswa luar negeri umumnya, wawancara IISMA menggunakan bahasa Inggris. Beberapa pertanyaan wawancara adalah mengenai kehidupan sehari-hari, esai pribadi yang sudah ia tulis sebelumnya, cara ia bisa mengikuti proses perkuliahan dengan baik, dan cara ia mengatur waktu. Saat itu, Dita sempat menghadapi pertanyaan yang mengejutkan. Pewawancara tiba-tiba bertanya tentang cara Dita mengatur cucian baju.
“Beliau (pewawancara) tanya, ‘Gimana kamu manage laundry-mu?’ Terus aku bilang, ‘Kebetulan saya memprioritaskan waktu belajar, jadi untuk laundry itu saya memakai jasa laundry.’ Aku bilangnya gitu ‘kan, karena that’s the reality. Tapi ternyata bapaknya bilang gini, ‘Oh, kayaknya kamu kurang cocok deh di US karena di US tuh laundry mahal.’ Oh my God! Kayaknya aku salah ngomong deh!” ungkap Dita.

Tanggapan pewawancara sempat membuat Dita merasa bahwa jawabannya kurang tepat. Pengalaman ini menjadi pelajaran baginya untuk lebih hati-hati dalam menjawab pertanyaan. Ia kemudian menyimpulkan, “Andai kata aku enggak dapat tahun ini enggak apa-apa, tahun depan ikut lagi. Tapi aku bilang aku bakalan nyuci baju sendiri.”
Sempat Tak Ingin Kuliah

Ketika SMA, Dita ingin kuliah. Bahkan, ia punya mimpi kuliah di luar negeri. Namun, pada saat itu ia merasa simpatik dengan keadaan keluarga yang belum bisa mendukungnya berkuliah. “Aku mikir, apa aku enggak usah kuliah aja ya karena itu biayanya ‘kan susah ya dari keluarga. Nah terus aku mikir, kayak apa aku ke luar negeri aja, ya. Tapi kuliah di dalam negeri aja enggak bisa banget apalagi kalau ke luar negeri” ungkapnya.

Pikiran itu agak mengganggunya, sampai suatu hari, ia mendapat motivasi dari seseorang yang tak ia kenal. Saat ia sedang berada di sebuah toko fotokopi dan alat tulis, ia bertemu dengan seorang wanita yang tengah menjilid laporan kerja. Tiba-tiba, wanita itu mengajaknya bicara dan bercerita.

“Di tengah-tengah cerita itu kayak dia tiba-tiba kasih sesuatu yang insightful kayak motivasi aku gitu loh. Entah gimana ceritanya dia tiba-tiba bahas tentang kuliah. Dia bilang, ‘Mending kuliah aja mbak, karena kuliah itu investasi terbesar untuk masa depanmu,’ gitu. Terus aku bilang, ‘Kalau kuliah kayaknya susah, Bu. Soalnya orang tua saya kayaknya enggak memungkinkan.’ Terus ibunya bilang, ‘Daftar aja KIP (Kartu Indonesia Pintar), nah terus kalau nanti udah dapat KIP InsyaAllah sama Allah nanti dipermudah semuanya,’ gitu,” terang Dita. Bersyukur, Dita juga mendapat bantuan KIP selama kuliah.

Dita kini memiliki motivasi yang kuat untuk mengejar cita-citanya dalam dunia perkuliahan, bahkan hingga melampaui batas negara. Ia juga sangat berterima kasih kepada kakak tingkat, dosen, dan alumni yang telah memberikan bantuan dan dukungan sepanjang persiapan dan proses seleksi IISMA. Selama perjalanan ini, Dita merasakan adanya timbal balik positif dan merasa bahwa ia tidak berjuang sendirian.

“Aku mau berterima kasih sama beberapa kakak tingkat yang udah bantu aku. Terutama Mbak Jeki atau Mbak Rizki Purwa yang sudah koreksi esai aku, terus bilang, ‘Ini kurang greget,’ atau ‘Ini kayaknya enggak masuk,’ Terima kasih juga untuk Mbak Putri, alumni UNTIDAR yang sekarang lagi di University of Birmingham di United Kingdom yang udah bantu esaiku juga,” kata Dita.

Program IISMA memberikan kesempatan berharga bagi mahasiswa Indonesia seperti Dita untuk belajar di perguruan tinggi internasional dan memperluas wawasan serta keterampilan mereka. Pengalaman Dita dalam IISMA menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk mengikuti jejaknya dan mewujudkan mimpi.

Penulis : Isaka

Kisah Nur Listia dan Alya Berbagi Ilmu di Lereng Gunung Merbabu

Nur Listia dan Alya Putri Ramadhani merupakan mahasiswa semester 4, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNTIDAR. Nur Listia dan Alya berkesempatan mengikuti salah satu program Kampus Merdeka, yaitu Kampus Mengajar Angkatan 5. Bagi Nur Listia dan Alya, Kampus Mengajar merupakan perjuangan pendidikan bagi mereka yang jauh dan kesulitan dalam mendapatkan ilmu pendidikan.

Nur Listia dan Alya bertugas di salah satu sekolah terpencil di kaki Gunung Merbabu, yaitu SD Negeri Soronalan 2 Sawangan. “Melewati jalan menanjak bukanlah sebuah rintangan bagi saya dalam membantu guru dan pemerintah dalam meningkatkan literasi dan numerasi pada siswa. Pengabdian ini merupakan hal yang paling berkesan dalam hidup saya, bertemu dengan para siswa yang memiliki mimpi tinggi tetapi terhalang oleh banyak sebab. Sangat menyenangkan bisa bertemu dengan warga sekitar sekolah yang menerima baik kehadiran saya dan rekan-rekan dalam bertugas. Kehadiran kamipun diterima baik oleh guru SD Negeri Soronalan 2 Sawangan,” urai Alya.

Senada dengan Alya, Nur Listia juga merasakan hal serupa. “Saya begitu senang saat bertemu dengan anak-anak SD Negeri Soronalan 2. Ini merupakan hal baru untuk saya dan rekan lainnya. Disana banyak anak-anak yang masih minim akses pendidikan, disebabkan oleh lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Meski demikian, banyak prestasi yang mereka raih, terutama dalam bidang seni dan budaya,” urainya.

Nur Listia menuturkan bahwa SD Negeri 2 Soronalan merupakan sekolah dengan segudang prestasi seni budaya yang membanggakan. Ini karena kesenian di lereng gunung Merbabu masih terjaga dengan baik. “Kesenian memang wajib dilestarikan, namun pendidikan juga merupakan hal penting bagi mereka untuk masa depan yang lebih cerah,” tegas Nur Listia. “Karena itu kami mencoba untuk memberi inspirasi dan motivasi kepada warga sekitar terkait pentingnya pendidikan untuk ditekuni dan mendapatkan perhatian serius,” imbuhnya.

Alya menuturkan bahwa SD Negeri Soronalan 2 tidak memiliki guru Bahasa Inggris, sehingga ia juga ditugaskan untuk mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris. “Saya bertugas mengisi Bahasa Inggris di kelas 6, dan hal yang membuat saya terkejut adalah mereka mengatakan ini adalah pertama kalinya mereka memahami pelajaran bahasa Inggris, karena sebelumnya mereka tidak pernah sekalipun mendapatkan ilmu bahasa Inggris,” kisah Alya.

“Salah satu siswa berkata ‘kalo tidak ada mba, kami tidak bisa belajar bahasa Inggris’, dalam hati saya sangat senang, bahwa kehadiran kami ternyata memberikan dampat positif bagi mereka. Pengalaman ini membuat pemikiran saya lebih terbuka dan sadar bahwa ternyata masih banyak anak-anak di daerah terpencil yang membutuhkan bantuan uluran tangan pemerintah dan kami mahasiswa,” ujar Alya.

Selain mengajar, Nur Listia, Alya, dan 2 rekan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Magelang, bersama sama membantu guru dalam meningkatan literasi siswa dengan pengoptimalan pojok baca yang berfungsi sebagai tempat membaca para siswa.

Alya dan Nur Listia sepakat sangat mendukung program Kampus Mengajar, karena dengan program ini dapat membantu pemerintah dalam pemerataan pendidikan di Indonesia.
Keduanya berharap program Kampus Mengajar kedepannya dapat menjadi program yang lebih
baik dan berdampak bagi siswa-siswi serta lingkungan sekitarnya.

Cerita Fanisyah Salsabila Ikuti Studi Independen Bersertifikat Di Hacktivate Teknologi Indonesia

Fanisyah Salsabila Octavianti, mahasiswa prodi Ilmu Administrasi Negara Fisipol UNTIDAR, berkesempatan mengikuti Studi Independen Bersertifikat di PT. Hacktivate Teknologi Indonesia, dengan program Android Java for Mobile Developer. PT. Hacktivate Teknologi Indonesia atau yang biasa dikenal juga dengan Hacktiv8 adalah sebuah Lembaga Pendidikan dan Pelatihan bidang teknologi yang telah berdiri sejak tahun 2016, yang dibangun oleh Ronald Ishak dan Riza Fahmi.

Hacktiv8 merupakan sebuah sekolah digital yang menawarkan program pelatihan ulang imersif yang dikenal sebagai bootcamp untuk mengubah pemula mutlak menjadi talenta digital yang siap kerja. Terdapat beragam jenis program bootcamp yang ditawarkan oleh Hacktiv8. Tujuan utama dari Hacktiv8 ialah untuk melahirkan programmer dan talenta digital lainnya yang siap berkontribusi dalam pertumbuhan teknologi dan ekonomi Indonesia.

“Studi Independen yang saya ikuti berlangsung selama kurang lebih empat setengah bulan, terhitung dari 16 Februari 2023 sampai dengan 30 Juni 2023. Pembelajaran dilakukan secara daring yang terdiri dari, akses materi digital via website Hacktiv8, pembelajaran biasa via google meet, materi review dengan instruktur via google meet, praktek materi sesuai dengan sesi pembelajaran, tambahan materi via video private youtube yang hanya bisa diakses oleh peserta Studi Independen Hacktiv8, tugas review materi, tugas sample aplikasi mingguan, dan final project berupa pembuatan aplikasi digital untuk android mobile,” urai Fanisyah.

Ia menjelaskan semua materi pembelajaran yang ada di Hacktiv8 terdapat di website Hacktiv8 sendiri, yaitu KODE by hacktiv. Dimana dalam website tersebut menyajikan beragam macam course yang dapat diakses oleh setiap peserta sesuai dengan program yang diambilnya. Selain itu, peserta Studi Independen yang bergabung dengan Hacktiv8 akan memperoleh akses materi di KODE, tidak hanya selama periode Studi Independen berlangsung, melainkan juga setelah periode Studi Independen tersebut berakhir selama 1 Tahun.

Hacktiv8 sendiri memberikan total 8 program pelatihan teknologi di Studi Independen, dimana setiap program memiliki kelasnya masing-masing. Ada yang setiap program hanya memiliki satu kelas, ada juga yang setiap program memiliki lebih dari satu kelas. “Untuk program yang saya ikuti yaitu, Android Java for Mobile Developer (JVAN) terdiri hanya 1 kelas dengan jumlah peserta sebanyak 22 orang,” tutur Fanisyah.

Fanisyah bercerita bahwa sebagai peserta yang tergabung dalam program Android Java for Mobile Developer (JVAN), ia mengikuti program ini didampingi oleh satu orang instruktur atau mentor yang ahli di dalam bidangnya masing-masing. Untuk kelas JVAN yang hanya ada satu kelas, setiap instruktur atau mentor akan memberikan pendampingan kepada 3-4 orang dalam satu grup. Sesi pendampingan dalam pembelajaran biasa dengan instruktur berlangsung selama dua hari dalam seminggu. Sedangkan sesi pendampingan dalam pembuatan final project dengan instruktur dilakukan selama satu hari di setiap final project. Instruktur melakukan pendampingan dengan mereview materi yang telah disampaikan, melakukan review praktek pembuatan aplikasi dengan masalah-masalah yang ada sesuai pertanyaan dari peserta.

Kelas JVAN sampai saat ini telah melakukan beberapa pembelajaran seperti, antarmuka pengguna atau user interface (UI), pengalaman pengguna atau user experience (UX), Android Storage and Background Processing, Parse Data XML/JSON, dan Build APK serta Java Key Store.

Fanisyah menuturkan alasannya mengikuti program Android Java for Mobile Developer (JVAN) ini karena ingin mengeksplor belajar hal-hal baru di luar zona nyaman. “Belajar coding membuka banyak peluang baru yang tadinya mustahil jadi mungkin bagi saya, dan guna mendapatkan sertifikat keahlian teknologi digital setara Nasional,” katanya.

“Berkesempatan menjadi peserta Studi Independen di Hacktiv8 merupakan suatu pengalaman yang luar biasa menyenangkan, dimana dalam penyampaian materi, proses praktek membuat aplikasi sampai dengan pengerjaan final project dilakukan dengan suasana pembelajaran yang mudah dipahami untuk pemula seperti saya, yang tentunya tidak akan bisa saya dapatkan dari pembelajaran otodidak ataupun dari kampus. Selain itu sertifikat yang diberikan Hacktiv8 setelah menyelesaikan program Studi Independen dapat bermanfaat bagi saya untuk bekal terjun ke dunua kerja ataupun bisa mengeksplor ke dalam dunia IT lainnya,” pungkasnya.

Humas UNTIDAR

Sophie Nur Rahmawati Jalani Program MSIB di UPTD Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark.

Sophia Nur Rahmawati (Prodi S1 Teknik Sipil, Semester 6) saat ini sedang menjalani program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 4, di UPTD Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark. Ia ditempatkan di Strategic Operation Group pada divisi Building and Area Development Officer.

UPTD Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark merupakan kawasan terpadu di bawah pengelolaan Pemerintah Kota Surakarta, yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dengan memadukan unsur pengembangan IPTEK, kebutuhan pasar industri dan bisnis, serta penguatan daya saing daerah.

Pada divisi Building and Area Development Officer, Sophie menangani manajemen gedung dan rencana pengembangan kawasan, termasuk pengembangan interior, manajemen gedung, pembuatan peta rencana pengembangan strategis kawasan, serta program strategis lain yang berhubungan dengan manajemen gedung dan area. Sophie juga mengerjakan beberapa project salah satunya adalah Solo Technoverse yang merupakan sebuah inovasi metaverse yang mengaplikasikan kawasan Solo Technopark ke dalam virtual reality. Project ini turut dipamerkan di Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2023 di Jakarta.

“Lolos menjadi bagian dari MSIB Batch 4 ini merupakan kesempatan yang tidak pernah saya duga, karena awalnya saya hanya ingin mencoba mendaftar untuk mengetahui bagaimana alur pendaftaran MSIB ini, untuk saya share ke rekan-rekan jurusan, karena saya aktif organisasi di Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil pada divisi Akademik Profesi,” tutur Sophie.

Saat mendapatkan offering dari UPTD Kawasan Sains dan Teknologi Solo Technopark, Sophie segera berkonsultasi dengan Herlita Prawenti, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing akademik dan Muhammad Amin, S.T., M.T selaku ketua jurusan Teknik Sipil. Keduanya sangat mendukung Sophie, sehingga memantapkan niat dan hati untuk mengikuti kegiatan magang di Solo Technopark.

“Pada program magang ini saya sangat bersyukur karena bisa mendapatkan kesempatan dan pengalaman berharga, salah satunya bertemu dengan pejabat-pejabat penting yang berkunjung ke Solo Technopark, seperti Walikota Surakarta dan juga kunjungan dari beberapa tim Kementerian, para Influencer ternama Indonesia, dan masih banyak lagi. Saya juga mendapat kesempatan untuk bertemu rekan-rekan MSIB dari universitas-universitas ternama Indonesia yang menambah wawasan dan ilmu saya,” urai Sophie.

“Saya ingin berterimakasih kepada seluruh pihak yang selalu memberikan saya support mulai dari pendaftaran sampai saya lolos, yaitu para dosen yang membantu dalam proses konversi SKS dan tidak lupa staff tata usaha Fakultas Teknik yang sudah membantu dalam administrasi surat, serta teman-teman terdekat yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan,” imbuhnya.

Sophie berpesan kepada rekan-rekan mahasiswa UNTIDAR agar tidak takut keluar dari zona nyaman perkuliahan, salah satunya dengan mengikuti MSIB MBKM, yang membekali mahasiswa dalam mengembangkan diri dengan terjun langsung di dunia kerja.

Humas UNTIDAR