Mahasiswa Agroteknologi Pelajari Cara Perbanyak Jamur Trichoderma Harzianum Dengan Media Dedak di Lingkungan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tumbuhan (LPHPT) Kabupaten Bantul Yogyakarta
Pengendalian hayati semakin digalakkan untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida ke lingkungan. Jamur antagonis merupakan organisme yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengendalian hayati. Salah satu agen hayati yang sering digunakan adalah Trichoderma Harzanium. Jamur tersebut bersifat saprofit sehingga dapat digunakan sebagai agen biokontrol yang efektif terhadap sejumlah fungi patogen. Upaya perbanyakan jamur T. harzanium yang selama ini dilakukan adalah dengan menggunakan media beras. Namun demikian, metode ini mengeluarkan biaya mahal dan prosesnya lebih rumit. Solusinya media beras diganti dengan dedak karena biaya lebih murah dan prosesnya lebih sederhana.
Laboratorium Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (LPHPT) UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY di Desa Wirirejo, Pandak, Bantul. (LPHPT) Bantul selama ini telah berhasil menggunakan media dedak dalam perbanyakan T. Harzianum. Oleh karena itu dilakukan kegiatan pembelajaran dalam bentuk Praktek Kerja Lapangan oleh mahasiswa program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UNTIDAR, yang diwakili oleh Sinta Puspita Dewi, Mita Nurjanah, dan Nuzullaela Rahmawati di LPHPT Bantul, dalam rangka melatih kemampuan dan ketrampilan dalam perbanyakan jamur T.Harzianum.
Metode yang akan dilakukan dalam Praktik Kerja Lapangan yakni dengan melakukan wawancara dengan pembimbing yang terlibat secara langsung pada Praktik Kerja Lapangan. Untuk kemudian dilakukan praktik dan pengambilan data tentang perbanyakan jamur T. Harzianum pada media dedak di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tumbuhan (LPHPT) Bantul. Selain itu mereka juga secara aktif mengikuti kegiatan Perbanyakan T. Harzianum yang ada di LPHPT Bantul.
“Teknik perbanyakan Trichoderma Harzianum dimulai dari pembuatan media dedak, sterilisasi media dengan autoklaf, inokulasi starter Trichoderma harzianum ke media LAF, inkubasi selama kurang lebih 2 minggu, pemanenan dan pencampuran dengan zeolite, inkubasi selama 10 hari, dan yang terakhir pengemasan hasil perbanyakan Trichoderma Harzianum untuk siap digunakan. Peremajaan dilakukan 4-6 bulan sekali untuk memastikan persediaan F0 tetap ada, serta pembuatan starter (F1) yang merupakan biang untuk dilakukan lagi perbanyakan,” jelas Sinta Puspitawati selaku ketua tim.
Sinta menambahkan, muara kegiatan ini berupa reportase budidaya T. Harzianum dengan media dedak yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi banyak kalangan. Diharapkan hasil kegiatan ini dapat memberikan informasi yang aktual mengenai prosedur baku penggunaan dedak sebagai media pertumbuhan T.Harzanium yang lebih murah, efektif dan efisien.
Penulis : Humas