BUDIDAYA SEMUT, SUKSES BERSAING DI LAGA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 2013
“Ooo, ternyata larva semut (kroto) bisa membuat burung kicauan jadi lebih nyaring ya suaranya ?”, Itulah celetukan yang keluar dari mulut Sam ( panggilan Budi Sambodo, mahasiswa Semester 7 Faperta UTM ) ketika bertandang ke rumah seorang teman, dan melihat ada beberapa toples plastik bekas makanan ringan, berisi koloni semut rang-rang.
Berawal dari rasa penasaran, Sam pun mulai banyak bertanya tentang bagaimana hal ikhwal budidaya semut. Mulai dari berapa modal yang harus dikeluarkan untuk memulai usaha ini, bagaimana prospeknya, bagaimana agar semut bisa terus berkembang biak dan menetaskan banyak larva dan lain sebagainya. Baginya ini menarik, karena sebelumnya Sam tidak pernah terpikir kalau telur semut bisa di “Bisniskan”. Tak cukup sampai di sini, Sam juga mencari berbagai literatur dari buku maupun internet, tentang “Budidaya Semut”.
Kroto (Oecophylla smaragdina) merupakan larva dari semut rang-rang yang mempunyai daya genjot yang cukup bagus terhadap burung ocehan. Kroto diberikan agar burung menjadi lebih sehat sehingga rajin bunyi, karena kroto mengandung protein tinggi yang relatif mudah dicerna, sehingga sebagian besar kicau mania merekomendasikan pemberian kroto walaupun dengan porsi yang berbeda-beda. Secara umum kroto diberikan hanya 1 sendok bisa pagi atau sore, bisa tiap hari atau dua hari sekali, ada juga yang pemberian kroto hanya dilakukan menjelang turun lomba saja.
Ide untuk Membudidayakan Semut akhirnya membuatnya yakin untuk ikut serta dalam Program Kreativitas Mahasiswa 2013, bidang kegiatan PKM Kewirausahaan. Bersama dengan Dua Mahasiswa Fakultas Pertanian lainnya, yaitu Feri Anitasari dan Fitriana Eka Priyanti, Sam mengikutsertakan proposal berjudul “Mendulang Rupiah Dari Toples Melalui Budidaya Semut “. Sebenarnya sudah sejak lama Sam memiliki keinginan untuk turut serta dalam Ajang PKM, hanya saja masih merasa belum percaya diri. Namun, setelah sering berkonsultasi dengan Dosen Pembimbingnya, Ir. Rahayu Sawitri, M.P., keyakinan mulai muncul. Keyakinan inilah yang membawa proposal pertamanya lolos bersaing, dan dinyatakan berhasil mendapatkan dana hibah dari Dikti. Selanjutnya selama kurun waktu 5 bulan, penerima dana PKM, diwajibkan untuk merealisasikan proposal. Bagaimana program yang direncanakan diaplikasikan di lapangan, untuk kemudian di evaluasi.
Teknologi yang dikembangkan Sam dkk. adalah merekayasa kondisi lingkungan hidup dan pakan semut rangrang. Untuk lingkungan hidup yaitu dengan menggunakan sarang buatan yang terbuat dari toples dan semut di kondisikan tetap berada dalam rak agar perawatan dan pengawasanya mudah. Disamping itu pakan yang digunakan adalah larva serangga ataupun serangga dewasa diantaranya yaitu ulat hongkong dan jangkrik. Sementara minuman yang digunakan adalah larutan air gula sehingga kebutuhan akan gizi bagi keberlangsungan hidup dan kualitas telur semut rangrang bisa terjamin. Dengan keadaan yang demikian hasil dapat dipanen setiap waktu dengan prediksi waktu yang sudah ditentukan, tanpa terpengaruh oleh keadaan musim
Saat ini program sudah terealisasi dengan baik, hanya saja hasil yang didapat belum optimal. Meski demikian, Sam secara pribadi menyatakan kalau PKM telah berhasil membangkitkan semangat wirausahanya. Terbukti, tahun ini, Sam semakin tertantang untuk kembali mengirimkan dua proposalnya untuk bersaing di Ajang PKM 2014.
VIVA UTM
Universitas Tidar Magelang
Unggul, Berbasis Kewirausahaan