SHARING MAHASISWA UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE, IKUTI PERTUKARAN MAHASISWA MERDEKA DI KAMPUS UNTIDAR
Sejuk dan tenang adalah ciri khas yang begitu terasa, selama tinggal di Kota Magelang, begitu juga siang itu. Minggu, 9 Oktober 2022, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, saya bersiap-siap untuk mengunjungi salah satu museum yang berada di kota Magelang, yaitu Museum Oei Hong Djien (OHD). Sebelum ke sana, saya dan teman-teman Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 (PMM 2), diarahkan oleh dosen Modul Nusantara untuk berkumpul di kampus. Sebelum menuju ke Museum OHD, kami makan siang bersama dulu.
Setelah makan siang, kami langsung menuju Museum OHD, diantar oleh bus kampus UNTIDAR. Jalanan di Kota Magelang cukup sepi, sehingga perjalanan begitu lancar tanpa ada kendala yang berarti. Masyarakat tidak banyak yang keluar rumah, seperti halnya pada hari Senin s.d. Jumat. Namun di sekitaran Alun-alun Kota Magelang cukup ramai warga menghabiskan waktu liburannya di sana. Perjalanan ke Museum OHD cukup dekat, suasana di bus juga menyenangkan, apalagi diiringi musik koplo yang diputar oleh pengemudi bus.
Setelah 20 Menitan, akhirnya kami sampai di Museum OHD. Sebelum masuk, saya dan teman-teman PMM 2 menyempatkan untuk foto bersama di depan museum. Pengelola Museum OHD sangat baik dalam menjalankan protokol kesehatan. Tersedia tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan kami melewati pengecekan suhu sebelum masuk ruangan.
Museum yang pernah mendapatkan Rekor MURI di tahun 2012, dalam kategori gudang tembakau yang dijadikan museum ini, termasuk dalam jajaran museum terlengkap yang ada di Nusantara. Jadi tidak heran ketika masuk ke dalam museum disambut dengan karya-karya seni yang sangat luar biasa, dengan konsep modern kontemporer. Sangat unik dan menyenangkan .
Di awal menjelajah isi museum OHD, pemandu menjelaskan bahwasannya museum ini awalnya merupakan sebuah gedung tembakau, yang dimiliki oleh seorang dokter sekaligus kolektor seni yang bernama Oei Hong Djien. Beliau sudah mengumpulkan barang seni sejak dari tahun 70-an. Tidak heran jika koleksi yang ada di dalam museum terbilang cukup banyak dan lengkap. Koleksi tersebut memiliki beragam wujud, mulai dari lukisan, seni patung, seni instalasi, bahkan seni media baru.
Kami sangat beruntung karena pada kunjungan kali ini bisa bertemu dengan pendiri Museum OHD. Oei Hong Djien sudah berusia 80-an, namun masih terlihat awet muda, karena menanamkan cinta yang begitu besar pada karya seni. Salah satu karya seni di museum OHD yang cukup menarik perhatian adalah Replika Bumi bermetaphor wayang, dengan kumpulan patung kepala manusia berbentuk tanda tanya di bawahnya. Begitu unik di mata saya
Setelah berkeliling mencermati berbagai karya seni yang ada, kami diarahkan menuju lantai 2, untuk menerima materi inspirasi dengan tema “Kebijakan Bahasa dan Revitalisasi Bahasa Daerah”. Materi disampaikan oleh Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah, yang juga alumnus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra UNTIDAR, yaitu Leanita Fitria Agustin, S.Pd. Kami memanggilnya kak Lea,. Kak Lea menjelaskan bahwa Kebijakan Bahasa terbagi atas 4 hal, yaitu Pengembangan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Iptekdikbud, Perlindungan Bahasa, Internasionalisasi Bahasa Indonesia, dan Pembinaan Bahasa Negara. Selain itu, kak Lea juga menjelaskan tentang 4 prinsip Merdeka Belajar Revitalisasi Bahasa Daerah. Yang pertama Dinamis atau berorientasi pada pengembangan bukan hanya proteksi bahasa. Kedua Adaptif, yaitu sesuai dengan lingkungan dan situasi penutur. Ketiga Regenerasi, yakni fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah. Yang terakhir Merdeka, yaitu berkreasi dalam penggunaan bahasanya.
Setelah menerima materi inspirasi tentang kebahasaan, kami berfoto bersama. Tak lupa saya mendokumentasikan karya seni yang ada di Museum OHD, karena setiap momen sayang jika tak diabadikan.
Selesai sudah perjalanan ke Museum OHD. Otak berhasil direfresh dengan pandangan baru mengenai dunia seni. Tak terasa hari mulai sore, saya dan teman-teman PMM 2, juga dosen Modul Nusantara meninggalkan museum OHD dengan kebahagiaan, dan kenangan yang akan selalu tersimpan di hati terdalam.
Penulis : Putri Mulyono
Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka
Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Khairun (UNKHAIR), Ternate, Maluku Utara
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!