Melalui Kampus Mengajar, Navisa Turut Andil Tingkatkan Literasi, Numerasi dan Adaptasi Teknologi
Navisa Putri Amanah adalah mahasiswi semester 4 Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tidar, yang sedang mengikuti salah satu program MBKM yaitu Kampus Mengajar. Setelah menjalani beberapa tahap seperti tes administrasi, survey kebhinekaan, tes literasi dan numerasi, dan pemilihan sekolah tempat penugasan, Navisa dinyatakan lolos program kampus mengajar dan ditempatkan di salah satu sekolah di kota Magelang, yaitu SD Negeri Wates 3, yang beralamat di Jl. Sumoharjo, Sanggrahan, Wates.
“ Di sini, saya dan dua rekan lainnya menjalankan program yang tujuan utamanya untuk meningkatkan literasi, numerasi dan adaptasi teknologi selama empat bulan,” ujarnya.
“Kegiatan ini adalah pengalaman pertama bagi saya mengajar secara langsung di sekolah, berhadapan dengan siswa siswi, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan para guru serta rekan tim Kampus Mengajar. Dari tiga mahasiswa yang ditugaskan di SD Negeri Wates 3, hanya saya yang masih semester 4, sementara dua rekan saya sudah semester 6. Tentunya hal yang sangat menyenangkan dapat berkolaborasi dengan rekan yang berasal dari beda angkatan, beda prodi dan juga beda perguruan tinggi. Mulai dari penyusunan program kerja, pola pikir yang lebih terbuka dan juga problem solving di lapangan,” imbuhnya.
Tugas pokok mahasiswa Kampus Mengajar bukanlah menjadi seorang pengajar atau guru, namun membantu guru dan sekolah untuk meningkatkan literasi, numerasi dan juga adaptasi teknologi melalui program kerja. Namun demikian, jika sekolah memang kekurangan guru, peserta Kampus Mengajar mengisi peran sebagai guru. “Kebetulan sekolah penempatan saya saat ini tidak memiliki guru bahasa Inggris, sehingga saya diamanahi untuk mengampu mata pelajaran tersebut,” tutur Navisa.
Lebih lanjut Navisa menceritakan bahwa menjadi seorang pengajar di sekolah dasar ternyata tidak semudah yang dibayangkan. “Di kampus, saya belajar public speaking, debat, menulis essay dengan memperhatikan aspek grammatical yang benar serta menganalisis karya sastra dari berbagai aspek. Sedangkan di sekolah penugasan, saya hanya mengajarkan materi bahasa Inggris sederhana seperti nama-nama hewan, transportasi dan materi mengenai jam. Namun, kata “hanya” disini berlaku untuk materi, tidak dalam penyampaian dan controllingnya. Sebagai pengajar, saya harus dapat mengkondisikan kelas agar tetap kondusif dan pembelajaran tetap berjalan, walaupun pada kenyataannya ketika mengajar siswa kelas satu, kata kondusif ataupun pemandangan siswa duduk di kursinya masing masing sangat jarang ditemui,” urainya. “Disinilah tantangan yang sebenarnya. Bagaimana kita dapat membuat situasi tersebut menjadi pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, serta memberikan motivasi belajar kepada anak,”tambahnya.
Navisa menuturkan dari program Kampus Mengajar banyak pengalaman yang didapat, mulai dari pembelajaran, pendekatan dengan siswa, kerjasama dan koordinasi dengan tim serta guru, dan lain sebagainya. “Tak hanya memberi pengalaman dan manfaat untuk diri saya sendiri, namun adanya program Kampus Mengajar ini juga memberikan dampak positif bagi sekolah sasaran,” pungkasnya.
Humas UNTIDAR
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!