IKUT ANDIL PERERAT PERSATUAN DAN KESATUAN DI INDONESIA, BEM KM UNTIDAR GAGAS DIALOG LINTAS AGAMA DAN KEBUDAYAAN
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Tidar (UNTIDAR), mengadakan kegiatan Diskusi Lintas Agama dan Kebudayaan bertema “Keberagaman Indonesia dalam Harmonisasi Pancasila”, Sabtu (16/7). Kegiatan yang bertempat di Gedung dr. HR. Suparsono UNTIDAR ini diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai program studi di UNTIDAR serta tokoh masyarakat, agama, dan kebudayaan di Kota Magelang.
Dalam sambutannya, Larsita, S.E., M.Sc., Sekretaris Daerah Kota Magelang mewakili Walikota Magelang menyampaikan apresiasi atas terselenggarakannya Dialog Lintas Agama dan Kebudayaan oleh BEM KM UNTIDAR. “Kota Magelang masuk dalam 10 besar kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia. Berbagai bentuk keragaman akan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan” tuturnya.
Kegiatan Diskusi Lintas Agama dan Kebudayaan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. “Keberagaman agama digambarkan seperti musik gamelan, meskipun bentuknya berbeda dan cara memainkannya berbeda namun ketika disatukan akan membentuk harmonisasi musik yang indah”, tambahnya.
Materi pertama disampaikan oleh Setyawan Budy, Koordinator Persaudaraan Lintas Agama, mewakili agama Kristen. Ia menjelaskan tentang bagaimana pandangan umat Kristen terhadap harmonisasi umat beragama menurut Pancasila.
Dilanjutkan Ketua PHDI Kota Magelang, Gede Mahardika, mewakili agama Hindu. Ia menyampaikan tentang tujuan agama yaitu asah, asih dan asuh. “Persatuan tidak cukup dengan untaian kata-kata, tapi harus dibuktikan dengan perbuatan dan diamalkan dalam kehidupan,” jelasnya.
Pemateri ketiga, Wahyu Utomo, S.Pd., M.Pd., Ketua PELITA Kabupaten Magelang, mewakili agama Budha. Ia membahas mengenai harmonisasi agama dan Pancasila. Menurutnya, 6 asas menuju kerukunan diantaranya Metta (Cinta Kasih), Karuna (Kasih Sayang), Mudita (Simpati), Uppekkha (Keteguhan Hati), Hiri (Malu Berbuat Jahat), Ottapa (Takut Akan Akibatnya).
Selanjutnya, Christoporus Indrayanto, Komisi HAK (Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan) Kevikepan Kedu, mewakili agama Katolik, menjelaskan mengenai peran agama Katolik dalam merealisasikan toleransi berdasarkan Pancasila, diantaranya: terlibat dan aktif dalam kegiatan masyarakat, kunjungan pada saat hari besar keagamaan, Open House Natal, srawung kaum muda lintas agama, Sekolah Kebinekaan, dan kaderisasi aktivis lintas agama.
Wakil Ketua Matakin Jawa Tengah, Ws. Andi Gunawan, ST, yang mewakili agama Khongucu menjelaskan mengenai moderasi beragama dalam agama Khongucu. “Keberhasilan moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat indonesia dapat terlihat dari tingginya empat indikator utama, komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi serta beberapa indikator lain yang selaras dan saling bertautan” katanya.
Siti Nuriyah, sebagai penghayat kepercayaan Tuhan YME Ngudi Utomo, menjelaskan bagaimana pandangan setiap agama terkait harmonisasi umat beragama menurut Pancasila. “Pancasila memberi ruang yang luas bagi agama. Nilai ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah inti ajaran agama,” tambahnya.
Materi terakhir oleh Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Magelang, Kyai Kholil Mustamid Asrori, mewakili agama Islam, membahas mengenai pandangan Islam terhadap harmonisasi umat beragama sesuai Pancasila. “Pancasila sejalan dengan beberapa prinsip dasar Islam, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah Mufakat dan Keadilan,” tegasnya.
Banyak nilai-nilai luhur dari berbagai agama, suku dan budaya yang sejalan dengan Pancasila, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harmoni. Seluruh pemateri sepakat pentingnya kerukunan umat beragama untuk mewujudkan negara Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.
Penulis : Humas